Skip to main content

Posts

Showing posts with the label kuliner nusantara

Menikmati Kuliner Kenamaan di Kota Kudus: Soto Kudus Bu Jatmi

  Kota Kudus adalah sebuah tempat yang menawarkan banyak hal menarik untuk disambangi. Salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah mencicipi kuliner khas Kudus. Di antara banyaknya pilihan makanan, Soto Kudus Bu Jatmi menjadi salah satu tempat yang sangat direkomendasikan untuk dinikmati. Kedai soto ini terletak di Jalan K.H. Wachid Hasyim No. 43 Kudus. Meskipun kedai ini terlihat sederhana, namun rasanya sangat istimewa. Begitu memasuki kedai, Anda akan melihat papan nama Warung Sederhana Bu Djatmi: sedia Soto Ayam & Kerbau. Tempat parkir mobil yang tersedia memang terbatas, tetapi jangan biarkan itu menghalangi Anda untuk merasakan kenikmatan kuliner yang disajikan di sini. Kedai Soto Kudus Bu Jatmi terdiri dari dua toko. Di sebelah kiri, terdapat meja kursi untuk pelanggan yang ingin menikmati soto mereka. Sementara itu, di sebelah kanan terdapat meja besar tempat para penjual meracik makanan. Uniknya, pengunjung juga dapat menyantap soto di depan meja tersebut, karena ter

Menikmati Surga Kuliner di Sudirman Street, Cibadak: Explorasi Rasa di China-town ala Bandung

  Menyambangi area Cibadak Street merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan untuk para pecinta kuliner. Salah satu keunggulan dari tempat ini adalah kemudahan parkir yang dapat memudahkan kita dalam mengeksplorasi berbagai kedai yang ingin dikunjungi, mulai dari Cibadak Street hingga Sudirman Street. Di sini, kita akan dimanjakan dengan beragam pilihan makanan, mulai dari hidangan utama hingga makanan penutup, serta cemilan yang menggugah selera. Baik kuliner legendaris maupun kuliner modern dapat ditemukan dengan mudah di sini, walaupun mayoritas adalah makanan non-halal. Atmosfir yang terasa di Sudirman Street ini begitu kental dengan nuansa China-town. Seperti sedang berada di food court di kawasan Petaling Street, Penang, atau di Melaka. Suasana yang tercipta begitu hidup dan ramai, membuat kita merasa seolah sedang berada di pusat kuliner yang tak terbatas. Selain itu, tempat ini juga terkenal karena kebersihannya, tata letak yang teratur, serta kenyamanannya. Tidak ketinggala

Gudeg Koyor Mbak Tum: Menikmati Kelezatan Gudeg Empuk dengan Rasa Gurih yang Khas di Semarang

Setelah menikmati suasana Kota Tua di Semarang, ada pesan masuk ke telepon seluler. Mas Widi, seorang kawan di Semarang mengajak berkeliling untuk menikmati malam. Tentu saja saja saya tak menolak itu. Setelah selesai mengopi dengan Daeng Allyz, saya kembali ke penginapan dan bersih-bersih karena Semarang siang itu cukup terik. Rasanya ingin selalu mandi saja dan enggan meninggalkan kamar yang sejuk karena AC. Menjelang gelap, Mas Widi sudah datang. Ada satu destinasi wisata yang ingin dikenalkannya pada saya malam itu. Jadilah kami melintasi pusat kota membelah malam. Tujuan malam ini adalah menikmati kuliner dari Mbak Tum. Sudah barang tentu sajian yang nikmat, tidak mungkin Mas Widi mengajak ke tempat yang biasa saja. Gudeg Koyor Mbak Tum adalah destinasi kuliner yang wajib dicoba bagi mereka yang berkunjung ke Semarang. Meskipun gudeg sering dikaitkan dengan kuliner khas Yogyakarta, namun racikan gudeg di Gudeg Koyor Mbak Tum memiliki cita rasa yang berbeda dan lebih gurih. Tempat

Rendang Paku From Dharmasraya West Sumatera

  Rendang is a popular dish from Indonesia, especially from the Minangkabau ethnic group in West Sumatra. It is a slow-cooked beef dish typically simmered for several hours in a mixture of coconut milk and spices until the liquid has been absorbed and the meat is tender and flavorful. The traditional spice mixture for rendang usually includes ginger, garlic, shallots, lemongrass, galangal, turmeric, and chili peppers. The slow-cooking process allows the flavors to meld together and intensify, resulting in a complex and profoundly savory dish. Rendang is often served with steamed rice and is a popular dish for special occasions such as weddings and religious festivals. It is also a popular dish in neighboring countries like Malaysia and Singapore and has gained popularity worldwide as a delicious and exotic culinary experience. Apart from using meat, rendang can also be made using ferns. Dharmasraya Regency is one of the areas that produce rendang paku. Rendang paku is a traditional dis

Sate HM Harris Garut Cabang Bandung

Siapa yang tidak kenal sate di republik ini. Hampir seluruh masyarakat Indonesia pernah melihat kuliner yang satu ini. Sate adalah potongan daging yang dimasukkan ke dalam tusukan kayu atau bambu yang kemudian dibakar di atas bara api. Daging yang digunakan adalah ayam, kambing, sapi dan lainnya. Kuliner ini dijajakan dari kaki lima hingga restauran bintang lima. Biasanya ada nama daerah atau nama pemiliki resep yang melekat dari sebuah kedai sate. Seperti Sate Padang, Sate Madura, Sate Matang. Pasti bertanya-tanya apakah Matang merupakan nama daerah? Iya, Matang adalah sebuah daerah di Kabupaten Bireun, Aceh. Sate Matang menjadi salah satu andalan kuliner di Bumi Serambi Mekkah.   Sate & Gule HM. Harris Garut Lantas bagaimana dengan Warung Nasi Sate yang menggunakan nama pemilik sebagai ciri khasnya? Sate HM Harris merupakan salah satu warung nasi sate yang melegenda di Indonesia. Awalnya saya hanya mengetahui jika warung ini hanya berada di Jl. Asia Afrika No. 155 (Simpang Lima),

Sanger Espreso Dari Fudo

  Mencari segelas sanger di Kota Bandung, tentunya bukan perihal yang mudah. Beberapa kedai kopi yang dikunjungi terkadang kebingungan dengan apa itu sanger. Sanger adalah ragam minuman kopi yang khas dari Aceh. Selain terkenal dengan kopi hitamnya, Bumi Serambi Mekkah juga mempunyai minuman khas bernama sanger. Masih berbahan baku dari kopi, hanya saja dipadukan dengan susu kental manis dan sedikit gula. Keberadaan gula tentunya tidak mengurangi dominasi kopi yang sangat kuat. Sehingga aroma yang dihasilkan tetap bercitarasa kopi yang sangat kuat. Jika tak terlalu memahami citarasa ini, rasa sanger akan berubah menjadi kopi susu. Beberapa kawan bahkan menyebutkan bahwa sanger ini ada pahit-pahitnya.

Makan Daging Kuda di Dolok Sanggul

"Sudah sampai dimana?" "Siborong-Borong Bang" "Tolong belikan daging kuda nanti di Dolok Sanggul ya" "Oke Bang, beres"    Lae Limbong dan Bapak Uda Lubuk Linggau Mendengar percakapan antara Bapak dengan Bapak Uda (Adik Bapak dalam Silsilah Batak) melalui telepon adalah hal yang biasa. Bapak selalu menghubungi kerabat kami sepanjang waktunya. Jadi sangat lumrah jika mendengar Bapak sekedar menanyakan kabar dan keadaan keluarga kami lainnya. Tetapi sekali ini saya kaget dan heran mendengar Bapak memesan daging kuda. Seperti sangat awam dalam pikiran, seperti kali pertama makan daging rusa di Calang, Aceh Jaya. Terlebih karena kuda adalah hewan peliharaan yang jarang ditemukan di pasaran. Rasanya aneh jika harus menyembelih dan mengkonsumsi dagingnya. Dan ketika Bapak Uda yang berangkat dari Lubuk Linggau sudah tiba di Desa Aek Nauli, tanah kelahirannya, barulah saya percaya bahwa daging kuda itu benar adanya. Tapi keraguan itu masih ada, apakah lay

Menikmati Mie Aceh Lobster di Tepi Pantai Rigaih Calang Aceh Jaya

Belum lagi jauh kami meninggalkan pusat Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya, kendaraan roda empat yang kami naiki menepi. Bang Mukhlis yang mengemudikan kendaraan ini diminta untuk menunggu sebentar. Tempat pertama yang kami sambangi ternyata tidak mempunyai stok lobster yang cukup untuk kami. Wajar saja karena kami tidak datang di akhir pekan sehingga lobster yang disediakan sangat terbatas. Usut punya usut, jumlah pengunjung ke pantai-pantai di Calang ini lebih ramai di akhir pekan. Pemilik kedai yang kami sambangi ini menyarankan untuk menuju kedai yang tak jauh dari sana, kira kira 200meter jaraknya. Kami diarahkan menuju tepian Teluk Rigaih. Akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan. Benar saja, tak jauh dari kedai pertama tadi terlihat sebuah kedai yang terlihat mencolok di tepi laut. Ada bangunan yang lebih besar dari kedai-kedai di sekitarnya. Ada bangunan yang berdiri kokoh di tepi laut tempat pengunjung bersantai ria. Sebuah gerobak masakan terlihat di bagian depan bangunan

Eksistensi Mie Aceh Melalui Citarasa Mie Kepiting 46

Mie Aceh atau kerap disebutkan mie saja bagi kebanyakan masyarakat Aceh merupakan makanan yang tak asing di telinga. Ada kalanya menjadi pelipur lapar atau sekedar jadi santapan goyang lidah semata. Soal rasa, siapa yang tak mengenal makanan ini. Hampir di seluruh penjuru Aceh terdapat kedai mie. Pun demikian dengan beberapa kota besar di seantero jagat nusantara. Jika tidak murni sebagai kedai mie, biasanya pedagang mie bersanding baik dengan kedai-kedai kopi. Tidak jarang juga branding mie menjadi sumber penarik minat pengunjung kedai kopi. Sebut saja Elcomandante Coffee di Batoh dan Mie Yahli di dekat Simpang Surabaya. Atau kedai mie tunggal seperti Mie Ayah di Mibo atau Mie 46 di Gampong Baron, Blang Oi. Beberapa lokasi tadi kesemuanya berada di Banda Aceh.

Timphan Asoe Kaya

Timphan bagi penduduk Aceh jajanan ini tidaklah asing di telinga. Makanan ringan satu ini kerap kita temui pada penjual jajanan di pasar tradisional. Bagi anda yang pernah mengunjungi Kede Kupi, juga tidak asing dengan timphan. Makanan berbalut daun pisang muda ini biasanya turut disajikan bersama dengan minuman yang kita pesan. Jajanan yang dibalut dengan daun pisang berwarna kuning ini membuat kita penasaran akan isi dan rasa yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya bentuk makanan ini pernah saya temui juga di beberapa daerah di Pulau Jawa sana, hanya saja rasa yang membuatnya berbeda.   Timphan Asoe Kaya sangat berbeda dengan makanan sejenis di tempat lain, karena di dalamnya berisi srikaya. Bahkan tidak jarang kita temui modifikasi racikan dengan memasukkan durian ke dalamnya. Jika kita belum pernah mencoba timphan tentunya akan malas menyentuh makanan ini karena balutan daun pisang yang selalu basah. Mungkin karena sedikit lengket membuat orang-orang enggan menyentuhnya