Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

Semerbak Kopi Mentawai Pagi

Pelabuhan Tuapeijat mulai menampakkan kehidupannya subuh kali itu. Beberapa tukang ojek mulai memarkirkan kendaraannya di tepi pelabuhan. Tidak besar, pelabuhan ini tidak seperti kebanyakan pelabuhan di Indonesia. Jika diibaratkan seperti bandara, mungkin elok kita katakana sebagai pelabuhan perintis. Meski demikian, pelabuhan ini juga kerap menjadi sandaran kapal-kapal besar di Kepulauan Mentawai. Tuapeijat merupakan salah satu pelabuhan sandar untuk gerbang masuk ke Kabupaten Kepulauan Mentawai. Berada di Pulau Sipora yang juga memiliki bandar udara. Pulau-pulau lain seperti Pulau Siberut, Pulau Pagai Utara atau Pulau Pagai Selatan juga merupakan pulau besar yang didiami masyarakat seperti Sipora ini. Tidak hanya tukang ojek, beberapa kendaraan angkutan desa roda empat juga meramaikan hiruk pikuk pelabuhan pagi ini. Sebuah kapal besar tak lama lagi akan bersandar di pelabuhan. Raungan Sirine Kapal Perintis Sabuk Nusantara 37 memecah keheningan pagi beberapa waktu setelah waktu

ASDP Indonesia Ferry untuk Pulo Nasi yang Berseri

Pagi ini saya mencoba kembali menyeberangi lautan menuju gugusan Pulau Aceh. Kali ini menuju Pulau Nasi setelah beberapa waktu sebelumnya menyambangi Pulau Breuh. Pulau Breuh dan Pulau Nasi merupakan gugusan kepulauan yang identik disebut dengan gugusan Pulau Aceh. Letaknya sebelah kiri dari jalur pelayaran Ulhee Lhe (Banda Aceh) – Balohan (Sabang). Masyarakat kedua pulau selama ini menggunakan jasa kapal ikan yang disulap menjadi kapal penumpang untuk bisa tiba di Banda Aceh. Jalur penyeberangan ini hanya dilayari oleh kapal dengan jenis kecil sehingga tidak bisa mengangkut kendaraan roda empat atau lebih. Keberadaan Kapal Motor Penumpang (KMP) Papuyu sangat membantu arus transportasi meski baru menghubungkan antara Banda Aceh saja dengan Pulau Nasi.    KMP Papuyu di Pelabuhan Lamteng (dokumentasi pribadi)