Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Batak

Menyelami Kearifan Lokal Orang Batak Melalui Tradisi Makan Bersama Henri Sinurat

Makan bersama memiliki makna yang penting dalam budaya orang Batak di Sumatera Utara, Indonesia. Dalam tradisi Batak, makan bersama melambangkan kebersamaan dan solidaritas keluarga atau komunitas. Makanan juga sering dianggap sebagai cara untuk mempersatukan orang-orang, bahkan dalam situasi sulit atau tidak enak. Baca Juga:  Sepenggal Budaya Batak yang Tersimpan di Museum Hutabolon Simanindo Dalam masyarakat Batak, makan bersama sering dilakukan saat ada acara atau perayaan penting, seperti pernikahan, khitanan, atau upacara kematian. Pada acara-acara tersebut, makanan akan disajikan dalam jumlah besar dan dihidangkan di atas piring besar atau talam. Kemudian talam tersebut diletakkan beralaskan tikar. Saat makan bersama, biasanya ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti. Misalnya, orang yang lebih tua akan diberikan prioritas dalam memilih makanan dan duduk di tempat yang lebih tinggi dari orang yang lebih muda. Selain itu, ada juga aturan tentang cara memotong daging, mengambi

Aek Nauli Sustainable Tourism, Mungkinkah?

Dari sekian banyaknya keberuntungan, kembali menyambangi tanah kelahiran nenek moyang menjadi salah satu dari beragam keberuntungan tersebut. Karenanya waktu-waktu yang tersedia menjadi sangat berharga jika berada disana. Seperti saat ini, selalu menyempatkan diri untuk menikmati sepi di belakang pekarangan rumah. Tidak akan terdengar hingar bingar kemacetan kota. Sesekali saja kendaraan melintas yang terlihat dari pandangan mata. Jumlahnya dapat dihitung karena intensitasnya jauh dari kata puluhan. Mungkin lalu lalang kendaraan yang melintas akan terbilang ramai ketika hari Rabu yang menjadi hari pekan atau ketika ada acara adat (pernikahan, pemakaman, dan lain lain).   Dari belakangan pekarangan rumah opung (opung baoa = kakek, opung boru = nenek) terlihat jelas Danau Toba. Terlambat saja datang, maka keindahannya akan tersamarkan kabut atau pekatnya malam. Sepintas lalu Danau Toba terlihat sangat dekat dari sini. Seperti fatamorgana saja sebenarnya karena jika menggunakan kendaraan

Secangkir Kopi dari Sibane Bane

Udara dingin masih menusuk meski tubuh sudah berbalut selimut. Sesekali suara endusan kerbau terdengar dari barak di bawah rumah panggung khas Batak ini. Menjadi kebiasaan Namboru (Bibi / saudara perempuan dari Bapak) mulai menyalakan api di tungku dapur sejak pagi buta. Selain menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya yang akan berangkat sekolah, duduk di depan tungku api membuat badan tetap hangat. Udara dingin memang menjadi ciri khas Sibane-Bane, Aek Nauli, Samosir. Pulang ke tanah kelahiran Bapak menjadi kebahagiaan bagi saya ketika ingin menjauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Desa Aek Nauli sudah sedikit lebih baik sekarang, listrik sudah ada, beberapa rumah sudah mempunyai bak penampungan yang terisi air jika hujan datang. Berhemat air adalah nasehat yang paling sakti di desa ini. Akses jalan yang buruk membuat mobil tanki terkadang berat hati untuk menghantarkan air ke desa di dataran tinggi Pulau Samosir ini. Alunan lagu-lagu Batak terdengar dari radio yang dimiliki bibi. Pagi i

Jangan Pernah Ke Sumatera

Dua tahun terakhir ini nyaris hingga 3 kali mengelilingi Sumatera menggunakan bus. Meski tidak semua daratan Sumatera saya kunjungi, setidaknya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu bus ke bus lainnya merupakan sebuah kenikmatan yang tiada tara. Selain bisa mencicipi kuliner yang khas, keindahan alam yang mungkin tidak ada di tempat lain, bila beruntung kita bisa melihat kebudayaan khas dari kota yang kita kunjungi tersebut. Sempat terlintas berkeinginan kembali mengulang berkunjung tempat-tempat indah di Sumatera seperti teman teman lain yang menggunakan kendaraan pribadi. Apa daya belum ada kendaraan pribadi yang terbeli Mungkin ke depan bisa terbeli kelak temani piknik keliling Sumatera lagi.

Danau Toba The Wonderful Indonesia

Danau Toba? Siapa yang tak pernah mendengar nama daerah tersebut? Sepintas kembali ke masa kecil ketika sedang memainkan permainan monopoli. Ada daerah lain mungkin yang terlintas di benak seperti Pelabuhan Ratu, Tangkuban Perahu, Berastagih, juga Danau Toba tentunya. Bukanlah sebuah kesengajaan kenapa Danau Toba turut serta dijadikan sebuah ikon dalam permainan monopoli. Tentunya ada faktor faktor tertentu yang membuatnya diikutsertakan menjadi ikon-ikon keindahan nusantara. Banyak memang danau lain yang indah di nusantara ini, tetapi Danau Toba memiliki kekhasan tersendiri yang sangat jarang ditemukan di daerah lainnya.

Sepenggal Budaya Batak yang Tersimpan di Museum Hutabolon Simanindo

Ketika sampai di Danau Toba, yang terpikir dalam hati tentunya menikmati kesejukan air danau yang konon katanya terbesar di Indonesia juga Asia Tenggara. Selain Danau Toba, sebenarnya Pulau Samosir masih menyimpan bangunan-bangunan tradisional yang penuh eksotika. Jika kita datang dari Tomok dan hendak ke Pangururan atau sebaliknya, berbagai peninggalan sejarah Batak masih terlihat di sepanjang tepi jalan. Rumah Adat Batak yang berbentuk panggung dan atap menjulang ke arah depan dan belakang serta warna warna hitam, merah, putih khas Batak menambah semarak tanah ini. Sesekali terlihat tempat ibadah yang masih bermotifkan budaya serta ukiran Batak. Tidak jarang pula terlihat makam-makam Batak yang berdiri kokoh lagi megah. Pulau Samosir telah lama menjadi tujuan wisatawan domestic juga mancanegara. Sehingga warga tidak lagi heran apabila ada pengunjung yang ingin melihat-melihat keunikan rumah dan makam di sekitar mereka. Tidak sedikit pengunjung yang ingin menikmati bentuk bentuk kerag