Rumah Tradisional Toraja Di tengah derasnya arus informasi yang terus mengalir di layar ponsel kita, cerita perjalanan yang ditulis dengan sentuhan manusiawi justru semakin dibutuhkan. Pembaca ingin dibawa berjalan, bukan hanya diberi daftar lokasi. Mereka ingin merasakan pijakan di tanah asing, aroma kopi di desa terpencil, hingga tatapan ramah penduduk lokal yang menyapa di pagi hari. Di sinilah travel story telling menemukan tempatnya—sebuah ruang yang menghubungkan pengalaman pelancong dengan imajinasi pembaca. Tulisan perjalanan bukan lagi kumpulan rute atau tips teknis. Dunia membaca berubah. Orang ingin cerita yang punya karakter, punya emosi, punya makna. Bila ditulis dengan baik, tulisan perjalanan mampu menciptakan kehangatan, kedekatan, dan gambaran yang melekat lama setelah halaman ditutup. Panduan ini hadir untuk membantu siapa pun yang ingin memulai perjalanan menulis travel blog berbasis narasi, mulai dari persiapan hingga menjadi artikel yang matang. Mengapa Trave...
jalan yang pasti pasti, yang pasti jalan jalan