Skip to main content

Featured Post

Masjid Putra Putrajaya – Panduan Lengkap Masjid Pink Malaysia

Masjid Putra Putrajaya – Panduan Lengkap Masjid Pink Malaysia

Masjid Putra Jaya
Masjid Putra Jaya

Kalau kalian main ke Putrajaya, pasti yang paling gampang dikenali adalah bangunan megah berwarna pink di tepi danau. Ya, itu dia Masjid Putra, atau lebih sering disebut Pink Mosque. Warna pink lembut di kubah dan dindingnya bikin masjid ini beda dari kebanyakan masjid lain di Malaysia.

Pertama kali ngeliat Masjid Putra dari kejauhan, rasanya kayak lagi lihat istana dari negeri dongeng. Kubah besar berwarna pink lembut langsung nyolok mata, berdiri megah di tepi Danau Putrajaya yang tenang. Dari arah jembatan, bangunan ini kelihatan makin cantik karena pantulannya di permukaan air, bikin siapa pun yang baru pertama datang pasti berhenti sebentar cuma buat ngagumin pemandangannya.

Masjid ini mulai dipakai tahun 1999, pas barengan sama proyek besar-besaran Pemerintah Malaysia memindahkan pusat administrasi ke kota baru Putrajaya. Kota ini dibangun dengan konsep modern tapi tetap ramah lingkungan, dan danau seluas 6,5 km² jadi pusat tata kotanya. Nah, Masjid Putra jadi salah satu ikon utama di sini, sekaligus simbol kalau Putrajaya memang dirancang bukan cuma sebagai pusat pemerintahan, tapi juga pusat budaya dan spiritual.

Begitu masuk ke dalam, luasnya bikin saya melongo. Lantai bawah aula utamanya bisa menampung ribuan jamaah laki-laki, sementara lantai atas disiapkan khusus untuk jamaah perempuan. Kalau halaman masjid ikut dipakai, totalnya bisa sampai 15 ribu orang! Kebayang kan megahnya suasana kalau ada shalat Id di sini?

Yang bikin tambah menarik adalah desain arsitekturnya. Menara setinggi 112 meter ini katanya terinspirasi dari Masjid Sheikh Omar di Baghdad. Bagian dinding bawahnya ngingetin saya sama Masjid Raja Hassan di Casablanca. Tapi tetap, daya tarik utamanya ada di kubah granit pink setinggi 50 meter itu. Warnanya unik banget, jarang ada masjid dengan kubah pink. Banyak yang bilang nuansanya mirip Masjid Suleymaniye di Istanbul atau bahkan Hawa Mahal di Jaipur.

Jadi, kalau kalian berkunjung ke Putrajaya, jangan cuma mampir sebentar buat foto-foto. Luangkan waktu buat masuk, merasakan suasana tenangnya, dan lihat detail arsitekturnya yang bener-bener bikin kagum. Masjid Putra bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga potongan cerita tentang bagaimana Malaysia merancang sebuah kota baru yang indah, teratur, dan penuh simbol.

Masjid Putra Jaya
Masjid Putra Jaya

Interior Mempesona

Begitu saya melangkah masuk ke aula utama Masjid Putra, pandangan langsung keangkat ke atas. Kubah pink raksasa itu bener-bener bikin takjub. Dari luar udah kelihatan megah, tapi dari dalam… rasanya lebih luar biasa. Pola arsitektur bergaya Persia yang melingkar di atas kepala bikin saya merasa kecil banget, kayak lagi berdiri di bawah langit buatan manusia.

Jalan beberapa langkah ke depan, mata saya disambut ukiran kaligrafi Arab di dinding-dinding masjid. Huruf-hurufnya berkelok indah, ditata simetris, seolah mengajak kita untuk berhenti sejenak, baca, dan resapi maknanya. Ada kesan tenang yang muncul begitu melihat kaligrafi itu—kayak masjid ini bukan cuma tempat berdoa, tapi juga ruang untuk merenung.

Di bawah kaki, mozaik ala Maroko menghiasi lantai dan pilar. Warnanya lembut, geometris, rapi banget. Saya sempat jongkok sebentar cuma buat lihat detailnya. Bayangin, tiap kepingan kecil itu disusun satu per satu sampai jadi pola besar yang menawan. Dari pilar ke pilar, mozaiknya terus berulang, bikin mata nggak bosan ngikutin polanya.

Sampai akhirnya saya berhenti di dekat pintu kayu besar. Ukiran geometrisnya halus banget, dan kalau diraba, terasa teksturnya masih kuat meskipun udah dilewati ribuan orang setiap hari. Ada rasa klasik yang hangat, seakan pintu ini menyimpan cerita dari setiap orang yang pernah melangkah masuk.

Dan suasana keseluruhannya… perpaduan sempurna. Ada sentuhan Persia, Maroko, Turki, tapi tetap terasa khas Malaysia. Cahaya matahari yang masuk lewat jendela besar bikin interior ini makin hidup, memantulkan warna pink kubah dan pola mozaik di lantai. Saya duduk sebentar di karpet, tarik napas, lalu sadar—Masjid Putra bukan cuma masjid biasa. Ini karya seni, ruang spiritual, sekaligus bukti kalau arsitektur bisa menyatukan banyak budaya dalam satu bangunan.

Masjid Putra Jaya
Masjid Putra Jaya

Lokasi dan Cara Menuju Masjid Putra

Masjid Putra ada di Presint 1 Putrajaya, tepat di tepi Putrajaya Lake. Kalau dari Kuala Lumpur, perjalanan ke Putrajaya cuma sekitar 30–40 menit naik mobil.

Pilihan transportasi ke sini:

KRL/ERL (KLIA Transit): Kalau kalian tipe yang nggak mau ribet transit bus, ada opsi lain yang lebih cepat: KLIA Transit. Dari KL Sentral ke Stasiun Putrajaya, perjalanan cuma makan waktu 20–30 menit. Memang harganya lebih mahal, sekitar RM 14, tapi sebanding lah sama waktu yang bisa kalian hemat.Turun di Putrajaya Sentral, lanjut naik bus atau Grab sekitar 10 menit.

Kalau kalian dari KLIA, bisa juga mampir kesini dulu sebelum ke Kuala Lumpur.

Bus: Sebaiknya kalian berada di Kualalumpur. Nanti lebih mudah naik bus dari Pasar Seni. Kalian naik bus Nadi 500 menuju Putrajaya Central dengan ongkos sekitar RM 3.80. Inget ya Nomor Bus nya. Tenang aja, biasanya di bagian depan dan belakang ada layar LED informasi rute. Pengalaman saya, gunakan uang pas. Karena Bapak Supir gak nyediain uang kembalian. Nanti uang akan dimasukkan ke tempat uang otomatis. Kaya celengan gitu. Jadi gak akan ada kembalian. Lama perjalanan 1 jam. Dari Putrajaya Central, kalian bisa lanjut naik bus L15 yang langsung berhenti di Masjid Putra, tarifnya murah banget, cuma RM 1. Di Putrajaya Central, saya sempat makan nasi kucing. Dan minum milo dingin. Karena ini jadi sarapan favorit di Malaysia haha.

Grab/taksi: Paling gampang kalau kalian nggak mau ribet. Saya pas akan kembali ke Putrajaya Sentral, naik taksi. Ongkosnya negosiasi haha.

Buat yang bawa kendaraan sendiri, parkiran di sekitar masjid cukup luas dan gampang ditemukan.

Bus Nadi Putra
Bus Nadi Putra (ilustrasi)

Jam Buka dan Aturan Kunjungan

Masjid Putra itu nggak cuma megah dilihat dari luar, tapi juga jadi tempat yang selalu rame sama dua tipe pengunjung. Ada yang datang khusus buat shalat, ada juga turis yang penasaran pengen lihat dari dekat. Ibarat kita main ke Banda Aceh, gak lengkap kalau belum berkunjung ke Mesjid Raya Baiturahman di pusat kota.

Nah, biar nggak mengganggu masyarakat yang akan beribadah, pihak masjid udah bikin aturan jam kunjungan yang jelas. Masyarakat Muslim bisa masuk kapan aja, terutama untuk menunaikan ibadah shalat. Untuk masyarakat Non-Muslim atau turis sudah ditetapkan jam khusus di luar waktu shalat. Jadi jangan heran kalau tiba-tiba ditutup sebentar pas azan berkumandang. Ya seperti saya bilang tadi, pengaturan ini bagus sekali, agar tidak mengganggu orang orang yang akan beribadah. Saya sempat bertanya kepada pengelola, disampaikan bahwa jam kunjungan turis:

Senin–Kamis: 9.00–12.30, 14.00–16.00, 17.30–18.00

Jumat: Tutup pagi, buka sore setelah shalat Jumat

Sabtu–Minggu: 9.00–12.30, 14.00–16.00, 17.30–18.00

Dress Code:

Nah ini dia yang bikin wisata ke Masjid itu berbeda dengan tempat ibadah lainnya. Semua pengunjung wajib pakai pakaian sopan. Artinya, celana pendek, rok mini, atau baju tanpa lengan nggak boleh dipakai masuk ke dalam. 

Tapi jangan khawatir, kalau kalian lagi pakai baju santai, pihak masjid nyediain jubah panjang warna pink atau merah marun yang bisa dipinjam gratis. Kalau di Banda Aceh, biasanya pengelola akan meminjamkan jubah, jilbab, atau pakaian gamis lainnya. 

Justru, banyak turis yang sengaja foto pakai jubah ini karena warnanya kontras banget sama masjid. Hasil fotonya jadi ikonik, kayak “signature look” kalau lagi main ke Putrajaya. Jadi, kalau dikasih jubah ini, anggap aja bonus outfit gratis buat foto keren.

Masjid Putra Jaya
Spot Instagramable

Spot Foto Instagramable di Masjid Putra

Kalau kalian suka hunting foto, ini beberapa spot wajib:

Halaman depan masjid – dengan latar kubah pink.

Tepi Putrajaya Lake – bisa ambil foto masjid dengan pantulan air.

Jembatan Putra – view masjid dari kejauhan, terutama saat sunset.

Interior masjid – kalau bisa masuk, ambil detail ukiran dan kaligrafi.

Tips foto: datang pagi sekitar jam 9 biar cahaya lembut, atau sore menjelang sunset biar warna pink masjid makin dramatis.

Wisata Sekitar Masjid Putra

Kalau kalian udah puas eksplor Masjid Putra, jangan langsung pulang. Di sekitar Putrajaya ada banyak tempat menarik lain:

  • Astaka Moroco Putrajaya – taman dengan arsitektur ala Maroko.
  • Taman Botani Putrajaya – tempat adem buat jalan santai.
  • Putrajaya Lake – bisa naik cruise boat.
  • Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin (Masjid Besi) – masjid futuristik yang beda banget dengan Masjid Putra.

Bikin itinerary satu hari di Putrajaya gampang banget: mulai dari Masjid Putra, lanjut ke Astaka Moroco, makan siang di area sekitar, lalu sore nikmatin sunset di danau.

Tips Berkunjung ke Masjid Putra

Beberapa hal yang bisa kalian catat:

  • Datang pagi atau sore biar nggak terlalu panas. Jadi bakalan enak kalau mau hunting foto di luar.
  • Bawa kamera dengan lensa wide kalau mau ambil foto masjid penuh.
  • Pastikan pakaian sopan; kalau pun nggak, tenang aja karena jubah disediakan. Tapi saya lebih proper kalau sudah pakai celana panjang dan kaos rapih dan bersih.
  • Hormati aturan masjid – jangan ribut, jangan ambil foto di area yang terlarang.
  • Jangan mengganggu orang orang yang sedang Mengaji.

Masjid Putra gak cuma bangunan pink cantik buat difoto, tapi juga pusat spiritual sekaligus simbol budaya Malaysia modern. Di sini kalian bisa merasakan ketenangan, belajar tentang arsitektur Islam, sekaligus dapet foto-foto keren buat media sosial.

Kalau kalian punya rencana liburan ke Malaysia, jangan skip Putrajaya. Dan kalau sudah ke Putrajaya, wajib banget mampir ke Masjid Putra.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Merubah Tempat Duduk Kereta Api Yang Sudah Dipesan

Naik kereta api adalah salah satu pilihan transportasi yang mengasyikkan dan efisien, terutama bagi para pelancong yang mencari kenyamanan serta pemandangan yang menarik selama perjalanan. Dengan berbagai pilihan kelas dan rute yang tersedia, kereta api menawarkan pengalaman yang unik dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Baik untuk perjalanan jarak jauh atau sekadar perjalanan sehari-hari, kereta api dapat memberikan kenyamanan dan kepraktisan yang dibutuhkan. Namun, terkadang, Anda mungkin perlu menyesuaikan bangku Anda agar perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan sesuai dengan preferensi Anda. Mengganti Bangku Kereta Api Mengganti bangku kereta api dapat dilakukan dengan mudah, baik secara offline maupun online. Jika Anda memutuskan untuk mengganti bangku secara offline, Anda perlu melakukan pengajuan di stasiun kereta yang telah ditentukan. Proses ini memerlukan verifikasi dan dapat dikenakan biaya administrasi. Penting untuk memperhatikan batas waktu pengajuan serta me...

Jadwal dan Tarif Bus Arimbi Rute Bandung - Merak

Bus Arimbi adalah pilihan transportasi yang nyaman dan terpercaya bagi para penumpang yang ingin melakukan perjalanan dari Bandung ke Merak, atau sebaliknya. Dengan fasilitas lengkap dan pelayanan yang memadai, Bus Arimbi menjadikan perjalanan Anda lebih mudah dan menyenangkan. Artikel ini akan membahas tentang rute, tarif, fasilitas, serta cara pembelian tiket Arimbi untuk perjalanan yang lancar. Rute Perjalanan Bus Arimbi Bus Arimbi melayani rute perjalanan dari Bandung menuju Merak dan sebaliknya. Perjalanan dimulai dari Terminal Leuwipanjang Bandung , yang merupakan titik keberangkatan utama. Dari sini, bus akan melewati beberapa daerah dan jalur utama seperti Tol Pasir Koja, Slipi, Kebun Jeruk, Serang , Cilegon , hingga akhirnya tiba di Merak . Lama perjalanan yang dibutuhkan sekitar 6 jam, tergantung kondisi lalu lintas. Rute ini melalui jalur tol utama yang cukup ramai, namun perjalanan tetap nyaman berkat fasilitas yang disediakan oleh Bus Arimbi. Fasilitas yang Menjamin Keny...

Kuching Waterfront: A Journey Through Time and Tranquility

Ah, the Kuching Waterfront! If you’ve never been, you’re in for a treat. The first time I visited, I wasn’t sure what to expect. I'd heard about it from a few travel forums, and it seemed like a "must-visit," but you know how those can be hit or miss. Spoiler alert: Kuching Waterfront was a massive hit for me, and I’m not the kind of person who’s easily impressed by just a riverside promenade. Let me tell you about my first day there—it started off a little rough. I woke up later than planned (typical me), rushed through breakfast, and by the time I made it to the Waterfront, it was mid-morning. Honestly, I was kind of grumpy because the sun was already blazing, and I forgot to pack a hat. That humidity? Yikes. But you know what? The moment I stepped onto the walkway and saw the Sarawak River, all my worries kind of melted away. There’s something about that wide, calm river that just puts you in a good mood. It’s like the whole city takes a deep breath there. The beauty ...