Skip to main content

Melihat Keunikan Pasar Terapung di Kalimantan Selatan

 


Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang berada di atas sungai. Di Banjarmasin, terdapat tiga Pasar Terapung, yaitu Pasar Terapung Muara Kuin, Pasar Terapung Siring, dan Pasar Terapung Lok Baintan. Pasar Terapung Lok Baintan terletak di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar. Pasar ini menjual berbagai macam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam. Pasar terapung ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar. Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura, terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan, dimana mereka akan memasarkan hasil kebun mereka di sana. 

Pasar Terapung Muara Kuin

Pasar Terapung Muara Kuin terletak di Desa Alalak, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Ada dua cara untuk menuju ke pasar terapung ini. Pertama, dengan menggunakan jalur sungai. Wisatawan dapat menaiki perahu motor atau kelotok dari dermaga kelotok di Siring Piere Tendean. Bila wisatawan memilih jalur darat, wisatawan dapat menempuh Jalan S Parman, Pangeran, Kuin Utara hingga tiba di Alalak Selatan. 

Pasar Terapung Muara Kuin beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 09.30 WITA. Pasar ini menjual berbagai macam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan, ikan, dan kerajinan tangan

Pasar Terapung Siring

Pasar Terapung Siring Tendean adalah salah satu tempat wisata yang berada di tengah kota Banjarmasin, tepatnya di sekitar siring sungai Martapura jalan Pierre Tendean, Banjarmasin Tengah, Kalimantan Selatan. Pasar terapung ini terbentuk sejak 2013 dengan tujuan menambah jumlah kunjungan wisata di kota Banjarmasin, dan pasar terapung ini hanya buka selama sabtu dan minggu.

Pasar Terapung Siring menjual berbagai macam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan, ikan, dan kerajinan tangan.

Untuk menuju ke Pasar Terapung Siring, wisatawan dapat menggunakan jalur sungai atau jalur darat. Bila memilih jalur sungai, wisatawan dapat menaiki perahu motor atau kelotok dari dermaga kelotok di Siring Piere Tendean. Bila memilih jalur darat, wisatawan dapat menempuh Jalan S Parman, Pangeran, Kuin Utara hingga tiba di Alalak Selatan.



Pasar Terapung Lok Baintan

Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar. Pasar terapung ini menjual berbagai macam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam. Pasar terapung ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar. Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura, terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan, dimana mereka akan memasarkan hasil kebun mereka di sana.

Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua cara. Carapertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan kelotok, sejenis sampan bermesin. Dengan kelotok, perjalanan dari pusat kota bisa membutuhkan waktu 30 menit. Cara kedua dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil yang membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung, mengingat medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.

Pasar Terapung Lok Baintan menjual berbagai macam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan, ikan, dan kerajinan tangan.


Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen