Skip to main content

Dorong Potensi Wisata: Kampung Surau Gelar Panen Raya Lubuk Larangan Terbuka Untuk Umum

 
Dharmasraya, Sumatera Barat - Masyarakat Kampung Surau di Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menjaga tradisi Lubuk Larangan.Lubuk Larangan adalah sebuah wilayah sungai yang dilarang untuk mengambil ikan dan sumber daya alam lainnya. Masyarakat sekitar akan menentukan waktu dalam pelaksanaan Panen Raya Lubuk Larangan. 

Lubuk Larangan adalah sebuah tempat yang dikelilingi oleh kebijaksanaan lembaga adat yang telah disepakati oleh masyarakat setempat. Dalam tempat ini, aktivitas menangkap ikan atau ekosistem lainnya secara tegas dilarang. Ini adalah upaya sungguh-sungguh untuk menjaga sumber daya alam, dengan meletakkan batasan jelas pada apa yang bisa diambil dari lingkungan ini.

Namun, apa yang membuat Lubuk Larangan begitu unik adalah cara panen ikan diadakan. Ini adalah upaya yang dilakukan bersama oleh masyarakat, tua dan muda, sebagai sebuah kebersamaan. Mereka berkumpul untuk merayakan momen panen, mengubahnya menjadi sebuah pesta rakyat yang meriah.

Selama panen ikan, ada aturan yang ketat yang harus diikuti. Masyarakat setempat telah sepakat untuk tidak menggunakan jala yang melebihi lebar sungai atau menebarkan racun yang bisa merusak ekosistem sungai. Ini adalah komitmen nyata untuk menjaga keberlanjutan alam yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Setelah masa panen selesai, Lubuk Larangan ditutup kembali, sebagai tindakan perlindungan lanjutan untuk ekosistem yang rentan. Terdapat hukum adat yang telah disepakati dalam hal pelanggaran, yang umumnya berupa membayar denda adat sebagai hukuman.

Lubuk Larangan ini telah dijaga turun temurun oleh masyarakat setempat, dengan aturan-aturan yang ketat. Termasuk pembatasan dalam penggunaan peralatan dalam melaksanakan panen ikan. Masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap aturan ini akan dikenakan denda adat. 

Menariknya, masyarakat Kampung Surau kini membuka Lubuk Larangan mereka untuk umum, khususnya bagi para pemancing. Acara panen ikan di Lubuk Larangan ini dijadwalkan berlangsung pada tanggal 19-20 Oktober 2023, mulai pukul 07.30 hingga 17.30 WIB.

Untuk berpartisipasi, peserta perlu mendaftar dengan biaya sebesar 40 ribu rupiah untuk setiap joran yang digunakan. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran dapat dilakukan melalui Anton (082286061238) dan Ifdal (085263569815). 


 Baca Juga: Rendang Paku From Dharmasraya West Sumatera

Elza Zikra Muallimin, seorang tokoh pemuda di Jorong Kampung Surau, menjelaskan bahwa acara ini merupakan agenda rutin masyarakat setempat dan mereka berharap dapat mengenalkan Lubuk Larangan sebagai potensi wisata di daerah mereka. "Kali ini kami juga ingin mengenalkan Lubuk Larangan sebagai potensi wisata di Jorong Kampung Surau," ujarnya.

Acara panen ikan di Lubuk Larangan ini menjadi momen langka yang biasanya tidak terbuka untuk umum, sehingga peluang ini sangat berharga bagi mereka yang tertarik untuk merasakan pengalaman memancing di tempat yang sarat dengan nilai sejarah dan kearifan lokal. 

Baca Juga: Nikmatnya Lontong Padang di Berbagai Sudut Bandung 

Gelaran Panen Raya Lubuk Larangan akan berlangsung selama 3 hari. 19-20 Oktober 2023 akan digelar kegiatan memancing. Sedangkan pada tanggal 21 Oktober 2023 akan digelar panen raya. Selanjutnya juga akan dilaksanakan kegiatan masak dan makan bersama dengan masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen