Skip to main content

Menikmati Sanger Di Cold N Brew Jalan Dr Wahidin Surakarta

 


Akhirnya siang itu Nanda dan Mas Jenar menjemput saya di Terminal Tirtonadi. Mengendarai mobil dengan Plat BK, kami mulai berkeliling menyusuri Surakarta. Siang ini cuaca sangat terik. Sebenarnya jadi enggan juga untuk kemana mana, mungkin jika hari mulai sore, cuaca bisa jadi lebih bersahabat. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari kedai kopi. Ini juga sebenarnya sangat random sekali. Pasalnya, kami mencari berdasarkan google maps. Iya betul, google maps sekarang ini sudah semakin canggih. Kita bisa mendapatkan informasi yang banyak disana. Tidak cuma soal harga dan rasa, tapi kenyamanan dan kebersihannya. Bahkan para pengunjung yang memberikan komentar di lokasi, tidak jarang menyampaikan keluh kesahnya. Dan ini bisa jadi pegangan bagi kita, orang yang baru akan mencoba sesuatu di lokasi tujuan.

Sampai akhirnya kami menemukan sebuah kedai kopi yang sangat representatif. Mengapa demikian, karena esensi dari kedai kopi adalah ruang untuk berinteraksi. Meski tak jarang saat ini kerap dijadikan sebagai ruang menyendiri. Petugas parkir mengarahkan kami untuk memarkirkan kendaraan agar rapi. Seperti ini seharusnya petugas parkir, tidak muncul tiba tiba saat kita akan berakhir.

Cold N Brew, demikian nama yang tertera besar di bagian depan bangunan. Sebagian bangunannya berbalutkan kaca. Dari luar saya bisa melihat kondisi kedai kopi ini. Beberapa pengunjung terlihat sedang menikmati kopi dari luar. Sepertinya kedai kopi ini mengusung konsep kedai kopi yang modern. Dari kursi dan meja yang tersusun rapi saja sudah terlihat mewah. 



Aroma segar dan fresh sangat terasa saat saya membuka pintu masuk. Ruangannya sejuk dan nyaman. Tampilan awal meyakinkan saya jika memang Cold N Brew ini tidak hanya menjual citarasa, tetapi juga kenyamanan. Uniknya lagi kita harus melewati beberapa kursi untuk menuju meja bar singgasana barista. Di sini saya merasa sedikit unik karena meja barista tidak secara langsung menghadap ke pintu masuk. 


Senyum ramah barista menyambut kami siang itu. Tidak hanya 1, tetapi ada 3 orang yang menyimak permintaan kami. Saya dan Mas Jen mencoba menjelaskan bahwa kami ingin ada sedikit susu yang disiram dengan espreso.

"Abang mungkin kenal Sanger?"

"Owh Sanger Arabika dari Aceh, sebentar ya kami buatkan"

Kami sedikit lega mendengarnya. Mengapa? Tidak semua barista atau penjaja kopi di nusantara ini memahami apa itu Sanger. Saling Ngerti, konon inilah makna dari Sanger. Di masa lalu, banyak pelajar yang ingin meminum kopi dengan sedikit tambahan susu tetapi tetap membayar harga segelas kopi saja. Dan tentunya sanger sangat berbeda dengan kopi susu itu sendiri. Sanger, ada rasa pahit pahitnya, seperti kehidupan ini.

Kemudian abang barista yang memahami sanger tadi, menjelaskan kepada barista lainnya. Mereka benar benar menyimak seperti sedang mendengarkan arahan dari sang guru. Seperti ada tambahan informasi baru, berapa gram kopi yang digunakan, perbandingan susu yang digunakan, sampai metode penyajiannya.

Kami menyusuri bagian lain kedai kopi ini. Sebuah meja panjang bersanding dengan kaca. Beberapa kursi dipajang di hadapannya. Meja ini sangat cocok untuk kalian yang ingin bekerja. Kami memutuskan ke bagian belakang untuk mencari udara segar. Area ini adalah tempat merokok. Sebuah pohon besar melindungi kami dari terik. Saya merasa sedang berada di Bali. Nuansanya sangat terasa sekali. Ternyata di bagian belakang ada juga bangunan lain, seperti room panjang berisikan kursi panjang dan kursi kursi. Ada juga meja dengan single seat. Ruangan ini bisa dijadikan sebagai ruang rapat atau sekedar bermain game. Owh iya, kamar mandi disini sangat bersih dan nyaman.


Pekerja Cold N Brew yang berlokasi di Jl. Dr. Wahidin No.15 A, Penumping, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah mengantarkan pesanan kami. Dari jarak 2 meter, aroma sanger arabika mulai terasa. Wangi, harum, ah serasa sedang berada di Aceh. Sanger yang disajikan nyaris sempurna. Menurutku, sebenarnya penyajian itu relatif ya. Jadi baiknya memang jangan dibandingkan. Tetapi soal rasa, sanger arabika ini sangat mendekati sekali. Kadar susu masih terasa di lidah dan tidak terlihat mendominasi. Presisi sekali, rasa kopi yang kuat menandakan perbandingan kopi yang digunakan sangat tepat. Rasa kopi tidak tergerus dengan keberadaan susu. Hanya saja ada yang unik, tampaknya bagian atas sanger ini seperti diberikan foam. Tak apa, toh tidak merubah suasana sanger itu sendiri. Sanger sangat baik dinikmati saat panas. Jangan menunggu sampai dingin, karena rasanya akan sedikir memudar. 


Berbicara ini itu ngalor ngidul, tak terasa kami sudah menikmati waktu 1 jam lebih. Suasana Cold N Brew di Jalan Dr. Wahidin membuat kami terlalu nyaman dan terbuai. Harga kopi yang ditawarkan di kedai kopi ini sangat terjangkau. Menu yang tersedia menjelaskan bahwa harga secangkir kopi disini mulai dari 15-31 ribu. Tapi kami tak sempat memperhatikan, berapa tarif yang dikenakan untuk sanger tadi, pastinya sangat terjangkau. 

Jika kalian merindukan sanger di Kota Solo, tak ada salahnya mampir ke kedai kopi ini. Cold N Brew di Jalan Dr. Wahidin, kami pamit. Teurimong Geunaseh, Matur Suwun.



Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen