Skip to main content

Sungai Nibong Express Bus Terminal

Setelah berkunjung ke Penang International Airport, lokasi tujuan selanjutnya adalah terminal bus Pulau Penang. Sungai Nibong Express Bus Terminal merupakan nama bagi terminal bus antar kota di Pulau Penang. Armada dari terminal ini melayani keberangkatan Antar Kota Dalam Propinsi dan Antar Kota Antar Propinsi. Bus-bus yang tersedia kebanyakan melayani rute tujuan Ipoh, Genting Highland, Kualalumpur, Shah Alam, Johor Bahru, Melaka, Singapura. Tidak seperti terminal kebanyakan yang pernah saya kunjungi, terminal ini sepi. Hanya terlihat beberapa armada bus saja yang terparkir. Setelah memperhatikan dengan seksama maka saya ketahui bahwa bus akan masuk ke terminal ketika masa kedatangan dan keberangkatan saja. Jalur kedatangan dan keberangkatan pun dipisahkan. Mungkin saja hal ini diterapkan agar bus yang akan menurunkan penumpang dapat langsung keluar terminal dengan cepat.




Kedatangan saya sore itu langsung disambut oleh seorang calo. Sebenarnya saya ragu apakah beliau seorang calo resmi atau ilegal karena petugas terminal yang menunjukkan saya kepada beliau. Satu lagi yang membuat saya masih ragu adalah Handy Talky dalam genggamannya. Kemudian saya diajak beliau untuk naik ke lantai 2 terminal karena sebelumnya saya menolak untuk naik armada keberangkatan jam 6 sore waktu Malaysia. Saya menolak dengan alasan ingin naik bus Double Deck. Padahal dalam hati, saya ingin naik bus keberangkatan larut, agar tiba di Kualalumpur tepat di pagi hari. Meski dengan perasaan was-was saya tetap mengikuti langkah bapak tadi menuju lantai dua terminal. Sempat ditawarkan untuk armada keberangkatan pukul 00.30 double deck. Saya ragu karena takut kesiangan tiba di KL Sentral. Beberapa kali dirayu dengan armada lainnya keberangkatan pukul 23.00-24.00. Mungkin karena hati berfirasat lain, maka saya putuskan untuk menolak halus semua tawaran beliau.

Lantai dua terminal ini berisikan ruang tunggu, loket loket Perusahaan Otobus, toilet umum, dan kantin. Uniknya loket disini berbaris rapih dan saling berhadap hadapan. Sehingga akan sangat sulit untuk saya berpindah dari satu loket menanyakan loket lain. Meski ketika berada di terminal Bus Melaka, saya cuek untuk memilih-milih armada. Karena masih ragu akan naik armada apa, maka saya putuskan untuk mengisi lambung yang memang sudah lapar. Jujur saja beberapa hari di Malaysia perut saya tidak terkontrol. Bisa 4-5kali makan dalam waktu sehari. Di ujung ruang tunggu terminal ini terlihat jelas pintu masuk kantin terminal. Tidak perlu ragu untuk mengunjunginya. Sama seperti ruang tunggu terminal, kantin ini cukup sejuk karena ruangan dipasang AC. Sehingga akan sangat sulit bagi perokok untuk menikmati ruangan ini. Seperti lazimnya kebanyakan orang bila berkunjung ke Malaysia, maka minuman yang dipesan adalah Teh Tarik. Harga yang disodorkan masih relatif normal. Pesanan saya Nasi, Tomyam, Teh Tarik tidak sampai 10RM. Ruangan makan ini sungguh bersih. Ada televisi dengan layar lebar tepat di sisi tengah ruangan. Tidak perlu jauh keluar untuk mencuci tangan karena ada wastafel di ruangan ini. Asyiknya lagi ada banyak tempat untuk charger telepon seluler. Ketika saya mencobanya tidak ada seorangpun yang melarang. Sangat berbeda jauh seperti pengalaman pagi tadi di Komtar.


Saya beranjak kembali ke loket penjualan tiket setelah menghabiskan makanan dan minuman. Tidak saya sarankan untuk meninggalkan barang bawaan anda meskipun saya melakukannya. Dihampiri oleh seorang penjaga tiket Alisan Golden Coach. Karena sedari awal perjalanan saya ke Malaysia adalah "go show", maka saya tak ambil pusing saja dan mengiyakan akan pergi ke KL Sentral. Ternyata sistem disini adalah grup Perusahaan Otobus. Karena setelah saya tentukan tujuan dan jam keberangkatan maka sistem browsing yang mereka miliki langsung menyebutkan beberapa Perusahaan Otobus yang akan berangkat. Tidak ada alasan yang kuat kenapa saya memilih Alisan Golden Coach ini. Mungkin karena badan sudah terlalu letih intinya malam itu saya tidak mau ambil pusing. Maka saya ambil bangku nomor 6A seharga 40RM. Mbak Nuqee yang membalas postingan saya di path malam itu mengatakan bahwa tahun lalu Penang - Kuala Lumpur itu 35RM. Tak apalah yang penting tiba di KL Sentral sepagi mungkin agar dapat langsung naik bus ke KLIA.

Jam masih menunjukkan pukul 20.00 waktu Penang. Saya kembali ke meja saya tadi di kantin. Saya pesan segelas kopi. Tidak senikmat kopi Aceh, tapi menurut saya untuk ukuran terminal, kopi ini sungguh luar biasa. Sebenarnya di kantin ini ada paket kopi/teh , roti bakar seharga 3,6RM. Sengaja saya pesan dulu kopi baru beberapa waktu setelahnya saya pesan roti. Mungkin ada beberapa kawan yang paham. Sengaja saya ulur waktu untuk mengisi kekosongan waktu dan bisa bertahan lebih lama di meja ini. Malam itu tidak terasa karena setelah siaran berita, televisi menyiarkan film Mr. Bean yang menjadi agen detektif. Beberapa pengunjung ikut larut dalam lelucon-lelucon Mr. Bean. Terlihat pengunjung yang kebanyakan wisatawan turut serta men-charger telepon seluler mereka.

Mengingat waktu keberangkatan tidak akan lama lagi, maka saya singgah sejenak ke toilet. Gratis saja kata penjaga toilet tersebut. Tidak seperti di Jety, setiap orang dikenai 50sen RM. Toilet umum ini sepertinya dibangun untuk memfasilitasi pengunjung yang bepergian jauh. Meski tidak begitu wangi (namanya juga toilet umum) tetapi sangat bersih. Beberapa kamar mandi tertutup juga tersedia disana. Jika tahu sedari sore seperti itu kondisinya pastilah saya sudah mandi. 10 menit menjelang keberangkatan saya ragu karena penjaga loket tidak terlihat. Maka saya putuskan langsung turun ke jalur lintasan. Disini saya semakin bingung karena ada beberapa armada yang sama dengan rute dan jadwal keberangkatan yang sama juga. Setelah bertanya kepada salah seorang pengguna jasa layanan Alisan, maka saya dapatkan informasi bahwa saya harus melapor dulu ke bagian pemberangkatan untuk mendapatkan kode bus. Mungkin ini kekurangan dari bus disini, tidak langsung kita ketahui nomor bus yang berangkat. Padahal di Kualalumpur menuju Melaka, kita bisa langsung mengetahui bus mana yang akan kita gunakan.

Sedari awal memang niat saya di dalam bus ini untuk istirahat, maka tidak ada Field Report yang akan saya gambarkan. Hanya saya keberangkatan bus tertunda nyaris satu jam lamanya. Petugas pencatat keberangkatan merasa ada beberapa pemegang tiket yang salah armada. Bahkan ada seorang wisatawan berbahasa Inggris enggan dipindahkan karena tidak ada alasan yang kuat dari petugas tersebut untuk memindahkan . Menurut pemikiran sederhana saya, manajemen pemberangkatan kurang rapih. Tidak sedisiplin Terminal di Kualalumpur dan Melaka. Nyaris pukul 01.00 dini hari, bus berangkat. Sebelum menyeberangi Jembatan Penang yang panjang, bus mampir untuk mengisi bahan bakar. Secara penilaian bus cukup nyaman. Sandaran kaki dan bangku yang nyaman membuat saya langsung terlelap ketika berada melintasi Jembatan Penang. Hingga pagi sekali saya dibangunkan supir karena tiba di KL Sentral. Tak sempat saya berkemas bus sudah keluar dari KL Sentral. Akhirnya saya diturunkan dekat dengan Petaling Street. Beberapa jam kemudian baru tersadar ketika berada di KLIA2 bahwa BlackBerry saya terjatuh di dalam bus.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen