Skip to main content

Launching Perdana Bus Sanura

Mungkin bagi kebanyakan orang, naik bus adalah hal yang lumrah. Apalagi bagi orang-orang yang kesehariannya bergantung pada moda transportasi satu ini. Adalah suatu kejutan tersendiri ketika diajak oleh kawan untuk ikut uji coba Bus Sanura yang baru tiba di Banda Aceh beberapa waktu lalu. Bus ini belum pernah menaikkan penumpang umum sejak diberangkatkan dari Pulau Jawa. Sepintas tak ada yang menarik, bus ini biasa saja. Warna yang kurang mengigit, serta belum ada yang menjadi ciri khas dari Bus beraliran Scorpion King ini. Seperti bus bus Aceh lainnya, warna sangat kental terasa. Kalau tidak monoton gelap, maka sangat terang adalah pilihan lainnya. Setelah diperhatikan lagi dengan seksama, ternyata Bus Sanura tidak ingin mengikuti tren warna yang sudah ada. Jelas sekali ini mungkin termasuk kejelian si empunya yang mungkin kelak akan dijadikan ciri khas. Sepintas bus keluaran karoseri Tentrem ini tampak biasa. Akan tetapi setelah masuk dari pintu depan, ada kesan ekslusif yang ditampilkan. Dashboard depan sangat menawan. Kursi penumpang tidak lagi gabus biasa, tetapi dilapisi karet yang empuk. Ini akan menjadi kelebihannya, karena keringat penumpang tidak akan meresap ke dalam jok bangku.







Bus dengan bangku seat 2-2 ini memiliki sandaran kaki dan ruang gerak yang cukup luas. Sehingga untuk perjalanan dengan jarak tempuh 10-12 jam, penumpang tidak akan mudah letih dan bebas bergerak atau bahkan dapat tidur dengan santai. Kalau tidak salah, ada 32 bangku di ruang utama, dan 3 bangku lagi di ruang smoking area. Sayangnya, toilet yang tersedia, bersatu dengan ruang utama. Tetapi ini menjadikan awak bus semakin peduli dengan kebersihannya, karena jika saja toilet tidak bersih, maka bau akan menyebar langsung ke ruang utama.

Baca Juga: Icip Icip Armada Baru Sanura

Setelah pemeriksaan dari pihak Kepolisian, maka bus siap bergerak berkeliling Kota Banda Aceh. Maka bersama dengan kawan kawan Aceh Bus Lover, sejatinya kami menjadi penumpang perdana di Banda Aceh. Perlahan tapi pasti bus meninggalkan lintasan terminal bus. Tak butuh waktu lama untuk bergabung menyeruak padatnya hiruk pikuk kota. Dengan lincah kawan kawan ini mengomentari bus baru ini. Sayang saya tak terlalu paham tentang bus. Beberapa pasang mata langsung fokus melihat bus Sanura yang melintas. Mungkin mereka berpikir ini hanya bus pariwisata karena tak pernah terlihat di Banda Aceh. Berdasarkan info yang dari teman teman Aceh Bus Lovers, bus ini merupakan perusahaan baru yang siap meramaikan lalu lintas Aceh - Sumatera Utara. Bus memasuki Simpang Surabaya, kemudian Simpang Jambotape terus bergerak ke Darussalam. Kemudian kembali ke arah kota dan melintasi depan Mesjid Raya. Karena sudah sore, akhirnya bus kembali ke terminal untuk dibawa ke Pondok Baru. Sementara ini akan melayani rute Medan - Takengon (pp), dan Medan - Pondok Baru (pp). Segera menyusul rute Medan - Banda Aceh (pp).







Tentunya persaingan antar bus akan semakin bertambah. Pelayanan prima yang tercitra adalah dambaan masyarakat semua. Semoga saja dengan armada armada yang tangguh, Bus Bus Aceh tetap menjaga stabilitas pelayanan prima bagi seluruh pelanggan. Bravo Bus Aceh!

 

Update:

Bus Sanura sejak 2022 sudah tidak lagi beroperasi.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen