Skip to main content

Nasi Timbel Bu Oneng Juaranya Nasi Timbel Khas Bandung

 


Jika Anda adalah pecinta kuliner dan berencana berkunjung ke Bandung, ada satu tempat yang wajib masuk dalam daftar tujuan Anda - Nasi Timbel Bu Oneng. Terletak di lingkungan Mesjid Istiqamah, Citarum, tempat ini bukan hanya sekadar kedai nasi biasa. Lokasinya tepat berada di seberang Papatong Cafe.  Ini adalah surga bagi para pencinta nasi timbel, dan yang lebih menarik lagi, harganya sangat terjangkau dengan kisaran di bawah 20 ribu rupiah, Anda bisa menikmati porsi lengkap nasi timbel beserta sambelnya.


Karena popularitasnya yang tinggi, nasi timbel seringkali habis terjual sebelum pukul 12 siang. Dan Bu Oneng sendiri selalu menjual dengan jumlah porsi yang sama setiap harinya. Jadi, jika Anda berencana mencicipi lezatnya hidangan ini, bersiap-siap untuk keberuntungan Anda. Meski begitu, kadang-kadang masih ada juga menu yang tersedia meski lewat pukul 12 siang.  Jadi jangan pernah menyerah begitu saja!


Apa yang membuat Nasi Timbel Bu Oneng begitu spesial? Jawabannya terletak pada rasa luar biasa dari gepuk ayam dan pepesnya. Nasi yang dibungkus dengan daun memiliki aroma yang sangat wangi dan teksturnya begitu lembut, jauh dari nasinya yang keras. Ayam goreng yang disajikan selalu digoreng merata, tanpa tanda-tanda gosong, dan matang hingga ke bagian dalam. 


Selain nasi putih, Bu Oneng juga menyediakan nasi merah, memberi Anda lebih banyak pilihan. Saya sendiri memesan paket nasi ayam goreng. Saat saya membuka bungkus daun nasinya, aroma yang menggoda langsung menyeruak. Sambal yang disajikan adalah tambahan yang tak terlupakan. Tidak terlalu pedas, tetapi memiliki rasa asam yang segar, serta diberi sentuhan rempah-rempah yang membuatnya unik.


Dalam paket nasi ini, Anda juga akan menemukan tahu dan tempe goreng yang sempurna sebagai pendamping nasi. Jangan lupakan lalapan segar yang menambah kesegaran setiap gigitan. Teh tawar yang disajikan menambah nikmat suasana makan siang itu. Semuanya lengkap dalam satu hidangan yang mewakili kelezatan makanan khas Sunda.


Jadi, jika Anda berada di Bandung, jangan lewatkan kesempatan untuk mampir ke Nasi Timbel Bu Oneng. Meskipun berada di kaki lima, rasanya dapat diibaratkan sebagai bintang lima. Di sinilah Anda bisa merasakan esensi sejati dari nasi timbel, dihiasi dengan cita rasa khas Sunda yang tak terlupakan. Selamat menikmati kuliner lezat di kota Bandung!

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen