Skip to main content

Warung Nasi Alay Sensasi Kuliner Tak Biasa di Kawasan Braga Bandung



Di tengah gemerlapnya kawasan Braga yang dikenal dengan beragam destinasi wisata kuliner, ada satu tempat yang menyajikan sensasi makan yang tak biasa. Warung Nasi Alay, sebuah warung nasi yang terletak di kaki lima di Jalan Suniaraja, menjadi pilihan menarik bagi para pencinta kuliner yang ingin mencicipi hidangan khas dengan harga bersahabat.


Meski namanya Warung Nasi, jangan salah sangka, tempat ini bukanlah warung nasi biasa. Berjalan kaki sekitar 200 meter dari Jalan Braga menuju arah Beli Kopi Braga, pengunjung akan menemukan tempat makan yang menyediakan nasi kuning dan nasi uduk yang khas. Selain itu, Warung Nasi Alay juga menawarkan hidangan nasi rames dengan pilihan lauk yang cukup beragam.



Makanan yang disajikan di Warung Nasi Alay tidak kalah lezatnya dengan warung nasi terkenal di sekitar kawasan Braga. Nasi kuningnya begitu nikmat dengan sentuhan rempah-rempah yang khas. Pengunjung dapat menikmati hidangan nasi kuning dengan lauk berupa telur bulat, ayam suwir, dan tempe orek dengan harga terjangkau, hanya 15 ribu rupiah per porsi.


Berbagai menu yang disajikan di Warung Nasi Alay membuat para pengunjung merasa terpikat. Ada ayam goreng, ayam suir, jengkol, tempe orek, telur dadar, ikan goreng, dan masih banyak lagi pilihan lainnya. Semua hidangan tersebut memikat lidah dan memberikan sensasi kuliner yang menggugah selera.



Tidak hanya kenikmatan kuliner yang bisa dinikmati di Warung Nasi Alay, tetapi juga kesenangan dalam berbincang dengan sang pemilik, seorang ibu penjual yang ramah dan pandai membuat lelucon. Kunjungan ke Warung Nasi Alay tidak hanya mengisi perut, tetapi juga mengisi hati dengan keceriaan dan kehangatan suasana.


Tempat ini menyediakan kursi dan meja bagi pengunjung yang ingin menikmati hidangan di tempat. Namun, tidak sedikit juga pembeli yang lebih memilih untuk membungkus pesanannya dan membawanya pulang untuk dinikmati dengan keluarga di rumah.



Warung Nasi Alay buka dari jam 11 pagi hingga jam 12 malam, menjadikannya pilihan tepat untuk makan siang, makan malam, atau bahkan makan larut malam. Jadi, bagi Anda yang berkunjung ke kawasan Braga, jangan lupa mampir ke Warung Nasi Alay dan nikmati sensasi kuliner tak biasa yang ditawarkan oleh tempat makan yang ramah dan menggugah selera ini.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen