Skip to main content

Menyingkap Keunikan Bus Aceh: Pelindung Kaca, Fasilitas Lengkap, dan Perhentian di Waktu Shalat


Selama melakukan perjalanan lintas Sumatera, Anda mungkin akan menemui satu keunikan yang hanya dimiliki oleh bus Aceh. Dalam trayeknya, bus Aceh menggunakan sebuah tameng pelindung yang terdiri dari susunan kawat di bagian kaca depan. Mungkin terdengar aneh, tetapi hal ini sebenarnya bertujuan untuk menghindari maraknya pelemparan batu terhadap kaca depan bus. Dengan adanya tameng ini, supir bus dapat tetap merasa aman dalam menjalankan tugasnya.

Keunikan lainnya dari bus Aceh terletak pada trayek tertentu, seperti perjalanan dari Medan ke Banda Aceh dan Medan ke Takengon. Dalam trayek ini, tidak ada bus ekonomi yang tersedia. Semua bus yang beroperasi dilengkapi dengan bangku 2-2 atau 2-1. Selain itu, setiap bus juga dilengkapi dengan AC sebagai pendingin udara yang menyegarkan. Salah satu fasilitas menarik yang disediakan di dalam bus Aceh adalah adanya toilet. Meskipun toilet ini hanya dapat digunakan untuk buang air kecil, namun fasilitas ini sangat membantu para penumpang dalam perjalanan yang cukup panjang. Durasi perjalanan dari Medan ke Takengon atau Medan ke Banda Aceh sendiri dapat mencapai 12-14 jam, sehingga adanya fasilitas toilet menjadi kenyamanan tambahan.

Namun, satu keunikan yang paling menonjol dari bus Aceh adalah kebiasaan berhenti saat tiba waktu shalat. Sebagian besar bus Aceh cenderung berangkat pada malam hari, sehingga ketika waktu shalat subuh tiba, bus akan berhenti sejenak untuk memungkinkan penumpang dan kru bus melaksanakan shalat. Hal ini menunjukkan tingginya nilai keagamaan dan penghormatan terhadap ibadah di Aceh.

Tetapi, keunikan bus Aceh tidak berhenti di situ. Jika Anda melakukan perjalanan dari Aceh menuju Medan, Anda mungkin akan menemukan bahwa bus tersebut jarang sekali berhenti untuk istirahat makan malam, kecuali saat bulan puasa ketika waktunya untuk sahur. Hal ini mungkin terkait dengan kebiasaan masyarakat Aceh yang cenderung menjaga pola makan dan menghormati bulan suci Ramadhan.

Melalui keunikan-keunikan yang dimiliki oleh bus Aceh ini, kita dapat melihat bagaimana budaya dan tradisi lokal dapat terwujud dalam pengalaman perjalanan lintas Sumatera. Dari tameng pelindung yang unik hingga perhentian saat waktu shalat, bus Aceh membawa suatu nuansa yang berbeda dan mengingatkan kita akan keberagaman yang kaya di Indonesia. Jika Anda berkesempatan, jangan lewatkan pengalaman menarik ini saat melakukan perjalanan lintas Sumatera!


Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen