Skip to main content

Menggali Peluang Bisnis Street Photography di Jalan Asia Afrika Bandung

 


Halo pren yang sudah  setia membaca blog ini! Kali ini, awak akan membahas tentang peluang bisnis yang menarik di dunia fotografi, khususnya di Kota Bandung. Jalan Asia Afrika, dengan pesonanya yang tak terbantahkan, telah menjadi destinasi favorit masyarakat untuk mengabadikan momen berharga mereka. Namun, siapa sangka bahwa fenomena ini telah menginspirasi para pelaku street photography untuk menjadikannya sebagai sumber penghasilan yang menjanjikan?

Street photography adalah gaya fotografi yang mengabadikan kehidupan sehari-hari di tempat-tempat umum, seperti jalanan, taman, pasar, atau tempat-tempat publik lainnya. Dalam bahasa Indonesia, street photography dapat diterjemahkan sebagai "fotografi jalanan" atau "fotografi kota". Tujuan utama street photography adalah untuk menangkap momen-momen spontan, ekspresi manusia, aksi, kehidupan kota, dan situasi menarik lainnya yang terjadi di ruang publik. Fotografer jalanan berusaha untuk menggambarkan kehidupan nyata tanpa mengatur atau mengubah adegan yang sedang mereka foto.

Begitu banyaknya pengunjung yang berbondong-bondong ke Jalan Asia Afrika, tak sedikit dari mereka yang ingin mengabadikan diri mereka dengan latar belakang gedung-gedung bersejarah yang ikonik. Inilah yang menjadi peluang emas bagi para fotografer jalanan di Kota Bandung. Dengan menawarkan jasa fotografi, mereka membantu para pengunjung memperoleh kenangan tak terlupakan dalam bentuk gambar.

Para fotografer bayaran ini menawarkan jasa mereka dengan tarif yang sangat terjangkau, yaitu hanya 5 ribu rupiah per foto. Namun, jangan salah sangka, meskipun tarifnya terbilang murah, para fotografer ini serius dalam menjalankan bisnis mereka. Mereka menggunakan kamera-kamera dari tingkat semi-pro hingga profesional untuk menghasilkan foto yang berkualitas tinggi.

Bayangkan saja, dalam waktu sore hingga malam hari, seorang fotografer jalanan mampu meraup pendapatan hingga ratusan ribu rupiah. Kegiatan ini semakin ramai ketika malam tiba, dan terlihat seorang fotografer sibuk melayani para pengunjung dengan penuh semangat. Dengan keramahan dan keahliannya, dia dengan hati-hati mengarahkan pengunjung untuk bergaya, menciptakan momen-momen yang tak terlupakan.

Menariknya, seorang pengunjung tidak hanya dapat mengabadikan satu foto, melainkan dapat mengambil beberapa foto dalam satu sesi. Rata-rata, pengunjung mengabadikan fotonya sebanyak 2-4 kali. Meskipun tarif per foto sangat terjangkau, ini membuka peluang untuk menghasilkan pendapatan yang menggiurkan.

Namun, bisnis jasa foto di jalanan tidak berhenti hanya di Kota Bandung. Ide ini dapat diadaptasi di daerah lain dengan potensi yang serupa. Setelah sesi foto selesai, para fotografer jalanan ini tidak hanya memberikan cetakan fisik kepada pelanggan mereka, tetapi juga mengirimkan hasil foto digital secara langsung. Dengan begitu, pelanggan dapat dengan mudah berbagi foto-foto tersebut di media sosial atau menyimpannya sebagai kenangan digital.

Melihat fenomena ini, tidak dapat dipungkiri bahwa street photography telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar hobi. Bagi para pelaku bisnis ini, street photography telah menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. Jadi, jika Anda memiliki minat dalam fotografi dan ingin mencari peluang bisnis yang menarik, mengapa tidak mencoba menjalankan usaha jasa foto di jalanan? Siapa tahu, Anda Anda bisa menjadi fotografer jalanan sukses di kota Anda sendiri!

Terima kasih telah membaca artikel kami kali ini. Tetaplah berkreasi dan jangan takut untuk mengejar impian Anda! Sampai jumpa dalam artikel berikutnya.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen