Skip to main content

Kuliner Lezat di Kedai Nasi Liwet Bandung dekat Stasiun Kereta Api Bandung

 



Sebelum melanjutkan perjalanan ke Solo, saya memutuskan untuk menemani Mas Agus dan Mas Jenar makan malam. Jadwal kereta kami masih 1 jam lagi, jadi kami mencari tempat makan di dekat stasiun. Beruntungnya, kami menemukan Nasi Liwet Bandung yang terletak di seberang stasiun. Kedai ini berbagi toko dengan Kedai Cemilan Mayasari dan sejajar dengan pool Damri Bandung.



Kedai ini menawarkan berbagai macam menu, mulai dari nasi liwet, iga bakar, sop buntut, dan masih banyak lagi. Minuman seperti kopi, teh, dan minuman lainnya juga tersedia di sini. Tempatnya bersih, nyaman, dan memiliki suasana yang adem. Kami merasa disambut dengan ramah oleh para petugas yang bekerja di sana, dan mereka memberikan pelayanan yang sangat baik.



Menu andalan di kedai ini menggunakan kode MP, dan kami memutuskan untuk mencoba Ayam Bakar MP. Harganya terjangkau, hanya 35 ribu rupiah untuk satu porsi. Dalam menu Ayam Bakar MP ini juga disajikan nasi putih, sayur kangkung, sambal, dan lalapan segar. Ayam bakar yang kami pesan benar-benar lezat. Daging ayamnya empuk dan bumbunya meresap dengan sempurna. Sepertinya ayamnya dipresto terlebih dahulu sebelum dibakar, sehingga dagingnya sangat mudah dikunyah. Secara keseluruhan, kami sangat merekomendasikan kedai makan ini bagi kalian yang sedang berada di sekitar Stasiun Bandung.



Jika Anda mencari makanan yang lezat dan pelayanan yang memuaskan, tidak ada salahnya untuk mencoba Kedai Nasi Liwet Bandung. Selain Ayam Bakar MP, masih banyak menu lain yang bisa Anda pilih. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati kuliner yang menggugah selera di kedai ini saat Anda berada di Bandung.



Sebelum meninggalkan kedai makan ini, kami meminta tolong Teteh Kasir untuk mengabadikan foto kami. Atas seijin beliau juga, saya diperkenankan untuk mengabadikan kisah malam tadi di blog sederhana ini. Kedai-kedai kalian, kira kira kapan akan muncul di blog ini?



Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen