Skip to main content

Festival Orkes Gambus: Membangkitkan Kembali Seni Budaya Tradisional Lampung Barat

 


Banyak seni budaya tradisional yang telah terlupakan dan tidak lagi diperdulikan. Namun, di Lampung Barat, seni budaya tradisional Orkes Gambus berhasil dibangkitkan kembali setelah puluhan tahun vakum. Dan kini, masyarakat dapat menikmati keindahan musik Orkes Gambus melalui Festival Orkes Gambus yang akan diadakan pada 18-20 Juni 2023 di Lamban Budaya Pancasila.

Orkes Gambus adalah salah satu seni musik tradisional yang berasal dari daerah Lampung dan sekitarnya. Orkes Gambus umumnya terdiri dari sekelompok musisi yang menggunakan alat musik tradisional bernama gambus yang memiliki empat atau enam senar, serta biola, tambur dan rebana sebagai alat pengiring. Musik Orkes Gambus biasanya dilengkapi dengan vokal atau nyanyian yang menggunakan bahasa Melayu atau Arab. Musik Orkes Gambus memiliki ciri khas yang kental dengan melodi yang khas dan irama yang menggugah semangat serta nada-nada yang merdu dan menghibur pendengarnya. Musik Orkes Gambus sering dimainkan dalam acara-acara tradisional seperti pernikahan, khitanan, atau acara keagamaan.

Baca Juga: Tugu Sekura: Destinasi Wisata Sejarah di Kota Liwa yang Tidak Boleh Dilewatkan

Orkes Gambus Lampung merupakan seni budaya tradisional yang diwariskan sejak ratusan tahun silam. Seni ini menggunakan alat musik gambus yang unik dan dilengkapi dengan suara penyanyi yang merdu. Hingga saat ini, terdapat hampir 100 Orkes Gambus yang tersebar di Bumi Sekala Bekhak. Festival Gambus khas masyarakat Lampung Barat ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi dan memberikan ruang bagi kelompok Gambus untuk berekspresi.

Festival Orkes Gambus yang akan diadakan selama 3 hari ini akan menjadi ajang untuk menikmati keindahan seni budaya tradisional Lampung. Selain itu, festival ini juga menjadi kesempatan untuk mengenal dan memperluas wawasan tentang seni budaya Lampung yang unik dan khas. Dengan hadirnya festival ini, masyarakat dapat belajar dan mengenal lebih jauh tentang sejarah Orkes Gambus serta alat musik yang digunakan.

Selain menjadi ajang apresiasi seni budaya, Festival Orkes Gambus juga menjadi peluang bagi wisatawan untuk menikmati wisata kuliner dan tempat-tempat wisata di Lampung Barat. Masyarakat dapat menikmati makanan khas Lampung seperti Gulai Taboh, Engkak Ketan Buak Tat, Sekhuit yang dapat memanjakan lidah. Selain itu, wisatawan juga dapat mengunjungi destinasi wisata alam seperti Temiangan Hill, Air Terjun Kubu Perahu, Patung Sekura, dan destinasi lainnya.

Baca Juga : Kenali Sekura Kenali

Tak hanya itu, festival ini juga menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pecinta musik. Penonton akan disajikan dengan berbagai penampilan Orkes Gambus dari berbagai daerah yang dapat menampilkan keunikan dan keindahan seni musik Gambus. Selain itu, para penonton juga dapat bergabung dan menonton secara langsung dari depan panggung para penampil Gambus, sehingga dapat merasakan keseruan festival ini.

Dengan begitu banyak hal yang ditawarkan oleh Festival Orkes Gambus di Lampung Barat, tak heran jika acara ini sangat dinantikan oleh masyarakat setempat maupun wisatawan. Festival ini menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk memperluas wawasan tentang seni budaya Lampung dan menikmati wisata kuliner serta destinasi wisata alam yang tersedia di Lampung Barat. Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan untuk datang dan merasakan pengalaman tak terlupakan di Festival Orkes Gambus ini!

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen