Skip to main content

Menikmati Akhir Pekan di Pantai Lampuuk

 

Pantai menjadi salah satu destinasi favorit para pengunjung yang datang ke Bumi Seramb Mekah. Tidak terkecuali Pantai Lampuuk. Jaraknya yang dekat dengan Kota Banda Aceh menjadi pilihan pengunjung untuk menikmati keindahan alamnya. Pantai Lampuuk terletak di Desa Meunasah Masjid, Lhoknga, Aceh Besar. Dengan jarak 17km dari pusat Kota Banda Aceh, lokasi ini dapat ditempuh kurang lebih 30 menit berkenderaan.

Pantai Lampuuk memiliki pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan ombak yang besar, sehingga sangat cocok untuk berenang, berselancar, atau hanya menikmati pemandangan pantai. Sehingga sering dibanding-bandingkan dengan keindahan pantai-pantai di Pulau Dewata.

Pantai Lampuuk dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang membuatnya terlihat semakin menawan. Pohon-pohon cemara yang berjejer di sepanjang pantai menambah keindahan alam yang ada di Pantai Lampuuk. Selain itu, terdapat juga berbagai fasilitas di pantai ini seperti warung makan, kamar mandi, dan tempat parkir yang luas.

Pantai Lampuuk juga merupakan tempat yang ideal untuk menikmati matahari terbenam. Saat matahari mulai terbenam, warna langit di Pantai Lampuuk akan berubah menjadi kemerahan dan oranye yang sangat indah. Suasana yang tenang dan damai di pantai ini membuat pengunjung merasa nyaman dan rileks.

Beberapa kedai yang tersedia menyediakan es kelapa muda, ikan bakar, rujak, dan jenis makanan lain yang sangat beragam. Jika ingin sekedar bersantai, Pantai Lampuuk bisa dijadikan pilihan yang tepat. Di pantai ini juga terlihat beberapa pengunjung yang melakukan surfing dan berenang. Namun, perlu diketahui bahwa Pantai Lampuuk memiliki ombak yang cukup besar, sehingga pengunjung harus berhati-hati ketika berenang atau berselancar. 

Waktu yang saya rekomendasikan untuk berkunjung ke Pantai Lampuuk adalah disaat pagi dan petang. Karena saat siang, cuaca matahari bisa menjadi sangat terik. Jika hendak berkunjung di siang hari, jangan lupa pelindung kepala dan menggunakan sunblock.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Aceh, jangan lewatkan untuk mengunjungi Pantai Lampuuk dan menikmati keindahan alam yang ada di sana.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen