Skip to main content

Belanja Ikan Asin Di Leupung Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar memiliki banyak tempat yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Beragam tempat wisata menjadikan Aceh Besar sebagai salah satu tujuan wisata di Provinsi Aceh. Pantai Lampuuk, Gunung Seulawah Agam, Air Terjun Suhom, Taman Wisata, Pemandian Air Panas Ie Suum, hingga keindahan gugusan Pulau Nasi menjadi daya pikat tersendiri. tu hanya beberapa contoh keindahan alam Aceh Besar yang bisa dinikmati. Selain itu, Kabupaten Aceh Besar juga memiliki berbagai warisan budaya dan sejarah yang menarik untuk dipelajari dan dijelajahi.

Kali ini saya berkunjung ke kawasan pantai barat tepatnya Desa Leupung. Kurang komplit rasanya jika melintasi daerah ini dan tidak berbelanja ikan asin. Ikan asin adalah ikan yang telah diawetkan dengan cara diasinkan dalam garam atau campuran garam dengan bahan lainnya. Kemudian ikan tersebut dijemur kering. Ikan asin dapat bertahan dalam waktu yang lama. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh ke luar daerah.

Di Leupung, ada berbagai jenis ikan yang dijadikan ikan asin, seperti ikan teri, ikan karang, ikan pari, ikan kerapu, ikan tongkol, ikan layur, dan masih banyak lagi. Bahkan di daerah ini cumi dan gurita menjadi andalannya. Sistem penjualan disini berbeda-beda. Ada yang menggunakan sistem timbangan gram. Ada pula yang menggunakan sistem kaleng atau melihat dari besar kecilnya ikan. Sistem ukuran berlaku untuk gurita yang diasinkan. 

Ikan asin yang ditawarkan masih terlihat sangat segar. Para penjual mendapatkan ikan asin langsung dari para nelayan. Lokasinya penjual dan tempat penjemuran ikan asin tidak terlalu jauh. Kebanyakan para penjual masih keluarga dari nelayan yang sehari-hari menangkap ikan. Teluk Lhok Paroi dan Teluk Lepung memang terkenal sebagai daerah penghasil ikan laut.

Desa Lepung dapat memproduksi berton-ton ikan asin dalam waktu satu hari. Ikan asin tersebut tidak hanya dipasarkan di tepi jalan seperti ini. Ikan asin juga dikirimkan ke kota-kota besar di Indonesia. Kota Medan menjadi salah satu penampung ikan teri dari Leupung. Berapapun yang dikirimkan kesana, pasti dibeli oleh para penjual ikan di Kota Medan. 

Para penjual ikan asin ini juga piawai dalam membungkus. Ikan akan dibungkus rapat menggunakan kertas. Setelahnya kertas akan ditaburi bubuk kopi dan kemudian dibungkus dengan plastik. Cara ini digunakan agar aroma ikan asin tidak menyengat. Sehingga akan memudahkan jika akan dikirim atau dibawa bepergian. Jika melintasi Desa Leupung, tidak ada salahnya untuk membeli ikan asin sebagai oleh-oleh dari Aceh.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen