Skip to main content

Kayeu Ileu, Nikmatnya Santap Siang di Tepi Sawah

Mungkin kita pernah mengalami bosan dengan suasana makan siang yang seperti itu itu saja melulu. Monoton rasanya jika dihadapkan dengan suasana yang sama. Jika kita sedang berada di sekitaran Banda Aceh dan Aceh Besar, tidak ada salahnya mengunjungi daerah Kayeu Ileu. Sebuah daerah di pinggiran kota tidak jauh dari Bundaran Lambaro. Dari arah Lambaro mau menuju ke arah Ketapang. Kira kira 500 meter akan ada jalan masuk menuju Taman Rusa. Kita akan melewati lokasi rumah makan ini.

Dari kejauhan sudah tampak kendaraan yang terparkir panjang menuju lokasi ini. Tampaknya banyak sekali pengunjung siang ini. Ternyata memang setiap hari memang beginilah keramaian pengunjung rumah makan Kayeu Ileu. Tidak tampak seperti rumah makan besar kebanyakan. Hanya terdapat beberapa pondok pondok sederhana dari kayu beratapkan rumbia. Sangat sederhana sekali. Tampak lalu lalang pekerja menghantarkan makanan dan minuman bagi pengunjung. Gedung induk rumah makan ini pun terkesan biasa saja, tidak mencolok dan tanpa papan nama.



Jika pondok-pondok tersebut penuh, kita dapat duduk di pondok lainnya di seberang rumah makan ini. Bebas saja sesuai dengan selera. Toh sekeliling areal ini dikepung hijaunya areal persawahan. Angin yang sepoi-sepoi menambah kenikmatan hari. Tak lama berselang datanglah beberapa piring nasi, disambung dengan lauk pauk. Sebagai orang yang masih awam dalam hal kuliner, menurut saya makanan andalan kali ini adalah ayam goreng. Ayam goreng ini lain dari ayam goreng kampung biasanya. Digoreng dengan sangat kering dan ada rasa lain seperti bumbu rahasianya. Ketika dimakan, sangatlah gurih dan empuk. Ditambah kuah kari ikan, nikmat memang siang ini. Sambal kecap juga dapat menjadi sasaran goyang lidah. Irisan bawang merah sangat terasa didalam balutan kecap. Sesekali es timun pepaya ini menggoda selera. Jika tak terlalu suka dengan kari ikan, rumah makan ini juga menyediakan kari ayam.

Harga yang ditawarkan cukuplah terjangkau. Tidak mahal seperti rumah makan terkenal kebanyakan. Sebagai saran saja, jika ingin santap siang disini datanglah lebih cepat agar kebagian tempat. Atau bisa juga booking tempat terlebih dahulu di nomor 085277802441, itu adalah nomor Pak Dermawan pengelola rumah makan ini.














Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen