Skip to main content

Posts

10 Alasan Naik Bus ke Banda Aceh

Ada beragam alasan yang menjadikan Banda Aceh menjadi salah satu destinasi impian para pecinta bus di Indonesia. Beberapa kawan yang tiba di Banda Aceh bercerita bahwa mereka penasaran dengan Terminal yang berisikan chasis premium, ada yang rindu kulinernya, hingga ada yang ingin piknik ke Nol Kilometer di Pulau Weh, Kota Sabang. Berikut ini akan saya sarikan 10 alasan kenapa harus naik bus ke Banda Aceh.  1. Paling Ujung Barat Indonesia Secara geografis, Terminal Bus Batoh Banda Aceh berada di ujung paling barat Indonesia. Hal ini menandakan bahwa Terminal Bus Batoh menjadi terminal bus terakhir di wilayah barat. Belum ada rute bus lanjutan selain Medan - Banda Aceh dari Terminal Bus Batoh ini.

Ayutthaya, Segenggam Bagan di Thailand (Thailand Part 6)

Siang itu terik seakan menghilang setelah bayang bayang pohon rindang menaungi teras depan pos penjaga. Begini sulitnya memang kalau kurang pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Padahal petugas penjaga pintu masuk Wat Phra Si Sanphet telah bertanya dengan jelas. Dasar saya memang tak paham Bahasa Inggris. Untungnya tangannya mengarahkan pos petugas wisata di dekat pintu masuk. Petugas lain menjelaskan bahwa setelah membayar tiket masuk, pengunjung diperkenankan mengelilingi beberapa lokasi di Ayutthaya. Semua destinasi tertera dalam sebuah map yang dibagikan secara gratis. Beruntungnya pelancong yang berkunjung kemari. Andai semua daerah wisata di Indonesia punya peta wisata dan dibagikan secara gratis di bandara atau terminal bus. Untuk masuk ke Wat Phra Si Sanphet kita sebagai turis asing harus merogoh kocek sebesar 50 Baht. Sedangkan untuk turis domestik dikenai tarif sebesar 10Baht.    Wat Phra Si Sanphet

Phra Mongkhon Bophit Kediaman Patung Perunggu Budha Terbesar Di Thailand (Thailand Part 5)

Setibanya di Ayutthaya abang ojek mengantarkanku ke What Maha That. Cuaca siang itu sangat terik sekali. Meski berada jauh dari Bangkok, tetapi panasnya suhu udara tak jauh beda. Dengan kecepatan santai kendaraan roda dua yang saya naiki mulai membaur dengan lalu lintas Ayutthaya. Meski tidak terlalu ramai hiruk pikuk kendaraan, abang ojek itu tetap saja memacu pelan. Beberapa bangunan berbentuk rumah toko terlihat membentengi jalan raya. Bukan Thailand namanya jika disepanjang jalan tidak terdapat trotoar dan pedestrian. Andai siang itu tidak terlalu terik, pasti menyenangkan berjalan kaki disana. Menikmati taman-taman dengan kolam air di tengahnya. Atau sekaligus menikmati bus-bus dengan karoseri yang unik khas Negeri Gajah Putih. Belum lama lagi menyusuri jalan raya, terlihat dari arah berlawanan seekor gajah terlihat berjalan dengan membawa manusia di atas punggungnya. Sepertinya ini adalah gajah wisata karena terlihat ada tenda yang memayungi penunggangnya. Entah harus senang ata

Semerbak Pagi Phon Kirana Kopi Medan

  Setelah turun dari bus, kusempatkan mandi pagi di kamar mandi yang tersedia di bagian belakang loket bus di bilangan Jalan Ring Road. Jalan ini juga lebih familiar dengan nama Jalan Gagak Hitam. Udara Kota Medan pagi itu masih terasa sejuk. Lalu lalang kendaraan mulai menghiasi jalanan, sementara matahari masih belum terlihat keberadaannya. Jika berada di Banda Aceh, tentunya tak akan kesulitan mencari kedai kopi yang sudah buka sepagi ini. Bus yang saya naiki semalam meninggalkan kota demi kota dengan cepat dan lugas. Wajar saja jika jarak tempuh 600an kilometer ini dilibasnya dalam 10jam saja. Tinggal beberapa waktu di Bumi Serambi Mekkah membuat lidah ini seperti dimanja, terlalu suka pilih-pilih kopi yang bercita rasa makna. Bahkan tak jarang bibir ini lirih berbisik "kopinya kurang terasa". Kurang dari beberapa menit, ojek online telah membawa pagi ini membaur dengan hiruk pikuk ibukota Sumatera Utara. Masih pagi sekali, sehingga tak terasa sudah tiba di tempat yang di

Mampir ke Klenteng Sam Poo Kong Semarang

Semarang, 1 Nopember 2011 Sore itu pesawat yang kunaiki mendarat dengan sempurna di Bandara Ahmad Yani Semarang. Tujuan utama piknik saat itu sebenarnya bukanlah ke Semarang. Kota ini hanyalah persinggahan sementara saja, karena besok ada agenda lain yang akan direncanakan di Sleman. Lantas kenapa tidak langsung mencari penerbangan ke Yogyakarta saja? Atau naik bus dan kereta langsung ke Jogja? Ya karena mau mampir ke Semarang saja. 2 tahun terakhir ini sepertinya cukup rutin menyambangi Simpang Lima. Kenapa begitu, ya karena sedang ingin saja, bukan karena ada sesuatu yang teramat penting. Dari kejauhan sudah terlihat Riyanda Rinaldi menunggu di pintu kedatangan bandara. Iya betul sekali, dia vokalis Sembrenget Oi , kadang jadi pemain gitar juga, bass pun bisa. Sore ini beliau yang menjemputku di bandara. Meski sebenarnya banyak sekali kawan dan saudara di Semarang bisa dihubungi. Tapi tenang, sekali ini benar benar ingin tenang dan santai. Namanya juga hanya mampir saja. Saya lupa ka

Naik Kereta Api Dari Bangkok ke Ayutthaya (Thailand Part 4) Henri Sinurat

Akhirnya semua pengunjung Stasiun Bangkok kembali berjalan dan beraktifitas. Setelah sebelumnya terhenti terdiam mendengarkan lagu Kebangsaan Thailand. Seperti kebanyakan stasiun kereta di Indonesia, loket penjualan tiket akan terlihat sangat jelas dan mencolok. Saya tidak langsung menuju penjualan tiket. Hendak menikmati suasana pagi Bangkok Railways Station. Ya benar sekali, Stasiun Kereta Bangkok dalam bahasa Inggris tertulis Bangkok Railways Station. Stasiun ini juga disebut sebagai Hua Lampong Station. Suasana stasiun ini sangat ramai. Hiruk pikuk pengunjung terlihat jelas. Wajar saja, stasiun ini menghubungkan Bangkok dengan berbagai kota lainnya di seantero Thailand. Sepertinya Stasiun Hua Lampong menjadi jantung transportasi kereta api Thailand. Bangkok Railways Station / Hua Lampong Station

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m