Skip to main content

Featured Post

Masjid Putra Putrajaya – Panduan Lengkap Masjid Pink Malaysia

Menikmati Utara Thailand di Sukhothai Historical Park Thailand


Sukhothai Historical Park
Sukhothai Historical Park

Hallo Pren! 

Kalau kalian berpikir tujuan wisata Thailand cuma Bangkok yang hiruk-pikuk atau pantai-pantai cantik di selatan, kalian keliru besar. Pernah nggak sih membayangkan bisa jalan-jalan di tengah reruntuhan kerajaan kuno yang jadi cikal bakal negeri Gajah Putih? Lokasinya mirip mirip dengan Ayyuthaya sih. Jaraknya 435 km dari Kota Bangkok, agak lumayan memang. Tapi yakinlah kelen kalau tempatnya ini rekomended kali. Dari pusat kota, jaraknya kira kira 12km saja. Tidak terlalu jauhlah.

Nah, suatu pagi yang cerah, saya memutuskan untuk melangkahkan kaki ke dalam waktu, menuju Sukhothai Historical Park. Tiket masuknya 100Baht. Nanti biasanya disetiap situs ada yang menggunakan tiket ada yang gratis. Nantinya akan terbayarkan dengan pemandangan yang memukau. Percayalah, ini adalah salah satu pengalaman piknik paling memukau yang pernah saya rasakan di Thailand! 

Sukhothai: Bahagia Itu Sederhana 

Sukhothai, dalam bahasa Thailand, berarti "Fajar Kebahagiaan". Nama yang poetic banget, ya? Kerajaan ini adalah ibu kota pertama Thailand dan jadi simbol awal mula peradaban dan identitas bangsa ini. Bayangkan, di sinilah aksara Thailand pertama kali diciptakan! Dan aura kejayaan itu masih sangat terasa sampai sekarang.

Morning Ride: Bersepeda di Tengah Sejarah

Kunci menikmati Sukhothai adalah datang pagi-pagi! Saya menyewa sepeda dari sebuah warung di depan pintu masuk Zona Pusat dengan harga yang ramah kantong, cuma 20 Baht saja untuk seharian. Saya nego nego sih, awalnya 30 Baht, dikasih pulak sama Ibu nya haha..

Yang penting sebelum kalian berkeliling, jangan lupa sarapan pagi. Cuma kalau soal sarapan, perlu ditanya juga apakah halal atau tidak ya. Kalau saya memang semua dimakan kecuali nasi basi haha. Diwilayah ini banyak kok kedai makan atau mie, jadi jangan takut. Saya juga beli air mineral dan roti ya, buat jaga jaga misal nanti lapar di jalan

Dan begitu gerbangnya terlewati... whoa. Sedap kali pemandangannya bikin saya langung melongo. Bayangkan sebuah taman yang sangat luas, dipenuhi oleh kuil-kuil (yang mereka sebut Wat), istana, dan patung Buddha kuno yang diselingi kolam teratai dan pohon-pohon rindang. Suasannya sangat tenang, damai, dan... epic banget! Berbeda dengan beberapa situs sejarah lain yang terasa panas dan gersang, Sukhothai justru terasa seperti taman kerajaan yang hijau. 

Baca Juga: Cara Terbaik Menuju Ayutthaya dari Bangkok

Sukhothai Historical Park

Wah, saya benar-benar terpukau sama Taman Sejarah Sukhothai ini! Bayangin aja, kita bisa bersepeda keliling area yang dulu adalah pusat kerajaan pertama Thailand, dikelilingi oleh parit yang bikin suasana terasa epic banget. Setiap sudutnya Instagramable, dari reruntuhan kuil kuno yang arsitekturnya perpaduan gaya Kamboja dan Thailand, sampai patung-patung Buddha yang masih terawat cantik di antara kolam teratai dan pepohonan rindang. Suasananya tenang dan luas, bikin betah buat jelajah tiap temple, ambil foto, atau sekedar duduk merenung. Yang paling oke, tempatnya bersih dan tertata rapi, jadi nggak bingung buat navigasi, sedap kali buat healing sambil menikmati sejarah!

Thai Girl
Sesi Foto

Wat Mai

Dari gerbang masuk, terlihat reruntuhan yang terlihat sederhana, bangunan ini adalah Wat Mai. Biasanya pengujung mampir kesini saat akan pulang, tapi rasanya kita coba datangi lebih dulu saja karena dekat. Lokasinya strategis kali, dekat banget sama Wat Chana Songkhram dan monumen Raja Ramkhamhaeng yang ikonik itu.

Wat Mai ini kayak puzzle seni zaman dulu. Meski nggak ada catatan pasti kapan dibangun, ciri khasnya langsung nampak Kuil utamanya yang dibangun dari bata dan mortir, berdiri megah di atas alun-alun bundar. Yang bikin unik, sudut depannya cekung, dan di atasnya ada bagian "kaki candi" yang tinggi kali. Plus beranda besar di depan-belakang yang bikin kesan anggun dan kokoh. Detailnya juara! Basis kuilnya dihiasi pola kaki singa ala seni Ayutthaya, yang nunjukin banget bagaimana pengaruh kerajaan itu udah nyebar sampai sini di akhir era Sukhothai.

Saya melihat ada orang yang coba naik tangga yang masih ada di depan dan belakang, terus liat pilar-pilar dalam yang dibuat dari laterit—material yang timeless banget. Di belakang, ada sisa-sisa plesteran relief motif kaki singa yang somehow masih bertahan. Yang paling bikin gue kagum, sumur kuno di area pradaksina (jalan keliling candi) masih ada dan bisa dilihat! Itu lho, sumur yang dulu dipake untuk ritual pemasangan patung Buddha utama. Dan jangan lupa, lima chedi-nya yang masih berdiri—dua di depan, tiga di belakang—nambahin kesan sakral tempat ini.

Baca Juga: Naik Kereta Second Class dari Hatyai Ke Bangkok

Nah, yang nggak boleh kelewat: sekitar 100 meter ke utara, ada fondasi pagoda sembilan puncak! Bayangin, dulu ada satu pagoda besar di tengah, dikelilingi delapan pagoda kecil. Sayangnya sekarang cuma sisa bagian bawahnya doang, tapi imajinasi kalian langsung terbang ke masa jayanya. Overall, Wat Mai mungkin nggak sebesar Wat Mahathat, tapi justru di sinilah kalian bisa liat lebih dekat bagaimana seni dan arsitektur berkembang di akhir periode Sukhothai. Highly recommended buat kalian yang suka explorasi spot dengan cerita tersembunyi!

King Ramkhamhaeng Monument

King Ramkhamhaeng Monument

Tidak jauh dari Wat Mai, kita akan menemukan Monumen Raja Ramkhamhaeng. Bangunan ini dibangun untuk menghormati Raja Ramkhamhaeng Agung, seorang raja dari era Sukhothai yang dikenal karena kemurahan hatinya yang luar biasa dan berbagai bakatnya. Beliau dikenang sebagai penemu aksara Thailand, pemimpin yang paternalistik, serta pembawa masa damai dan kemakmuran bagi kerajaannya.

Departemen Seni Raya Thailand mengawasi proses perancangan monumen ini, dan upacara peletakan batu pertamanya dipimpin langsung oleh Perdana Menteri saat itu, Marsekal Lapangan Thanom Kittikachorn, pada tanggal 26 November 1969. Monumen ini tidak hanya menjadi simbol penghargaan atas jasa-jasanya, tetapi juga pengingat akan warisan budaya dan sejarah Thailand yang berharga.

Tha Nam Rap Sadet Market

Jika malah hari, tidak jauh dari King Ramkhamhaeng Monument ada pasar malam bernama Tha Nam Rap Sadet Market. Pasar ini tidak seperti pasar kebanyakan, hanya penjaja kaki lima. Yang dijual kebanyakan jajanan tradisional. Saya disarankan untuk kembali pada sore hari menjelang malam. Tapi nantilah, mungkin lain waktu. Lokasinya sebenarnya enak kali karena dekat dengan kolam besar yang mirip danau.
San Ta Pha Daeng
San Ta Pha Daeng

San Ta Pha Daeng

Jika sepeda diteruskan ke arah utara, maka kita akan bertemu dengan San Ta Pha Daeng. Kalian harus tahu soal Kuil Ta Pha Daeng (atau dikenal juga sebagai Kuil Phra Suea Mueang). Kuil ini merupakan salah satu situs tersembunyi yang punya cerita unik di Taman Sejarah Sukhothai!

Kuil ini adalah salah satu bukti nyata pengaruh budaya Khmer di era awal Sukhothai. Dibangun sekitar akhir abad ke-12 hingga awal abad ke-13, tepatnya pada periode Khmer Bayon, kuil ini punya ciri khas berupa prang (menara) tunggal yang terbuat dari laterit. Materialnya aja udah bikin kagum—kokoh dan penuh kesan zaman baheula.

Yang menarik, di bagian dinding dasarnya kalian bisa lihat ukiran kuncup teratai yang masih terpelihara dengan apik. Ada juga tangga yang mengarah ke atas, seolah mengajak kita membayangkan bagaimana ritual atau aktivitas keagamaan dilakukan di sana ratusan tahun lalu.

Nah, waktu Departemen Seni Raya Thailand melakukan penggalian dan restorasi, mereka menemukan harta karun yang keren banget: beberapa patung batu dewa dan dewi bergaya Khmer! Karya seni ini sekarang bisa kalian lihat langsung di Museum Nasional Ramkhamhaeng di Kota Sukhothai. Serius, patung-patung itu detailnya luar biasa dan bikin makin respect sama keahlian seniman masa itu.

Jadi, kalau kalian berkunjung ke sini, coba resapi betapa situs menjadi saksi bisu bagaimana budaya Khmer memengaruhi peradaban Sukhothai sebelum kerajaan ini berkembang mandiri. Kalian yang suka sejarah, arkeologi, atau mau cari angle foto yang aesthetic, lokasi ini cocok kali. 

Wat Chana Songkhram

Kita kembali ke arah selatan, menyusuri tepi danau. Hingga tiba di Wat Chana Songkhram. Wat Chana Songkhram lokasinya nggak jauh dari King Ramkhamhaeng Monument. Tepatnya di sebelah utara Wat Mahathat, dekat pilar kota. Kata Bapak di sebelah saya, tempat ini punya cerita sejarah yang epic banget!

Awalnya, kuil ini bernama Wat Ratchaburana, tapi namanya berubah setelah seorang pangeran muda yang nantinya jadi Raja Ramkhamhaeng Agung berhasil menang dalam pertempuran. Pas umurnya masih 19 tahun, beliau sukarela ikut maju berperang melawan Khun Sam Chan, penguasa Mueang Chot. Kemenangan gemilangnya itu bikin sang ayah, Raja Sri Indraditya, mengganti nama kuil ini jadi Wat Chana Songkhram yang artinya kurang lebih "Kuil Kemenangan". 

Secara arsitektur, yang langsung menarik perhatian adalah chedi utama berbentuk lonceng yang besar dan gagah. Selain itu, ada sisa-sisa vihara dengan pilar-pilar laterit yang masih berdiri tegar, ubosot (aula pentahbisan), dan beberapa batu sema (penanda batas kuil). Uniknya, di sini juga ada dua chedi kecil yang mirip banget dengan yang ditemukan di Taman Sejarah Ayutthaya. Saya jadi yakin kalau bangunan ini nunjukin adanya hubungan budaya antara kedua kerajaan ini.

Wat Chana Songkhram mungkin nggak sebesar atau serumit kuil lain, tapi aura sejarahnya terasa kali. Bayangin, kita berdiri di tempat yang pernah jadi saksi kemenangan heroik seorang raja legendaris! Cocok banget buat kalian yang suka menggali cerita di balik reruntuhan. Jangan lupa abadikan momen di sini—background chedi loncengnya instagenic banget! Siapkan memory kamera kalian, karena bakal sering sering foto dan ambil video.

Phra Ruang Castle Hill

Belum lagi jauh sepeda dikayuh menuju selatan, mungkin 300an meter jaraknya, kami menemukan bangungan Phra Ruang Castle Hill. Kalau bicara soal spot foto yang instagramable dan penuh makna di Sukhothai, Castle Hill adalah salah satu yang wajib banget kalian kunjungi!

Bayangin aja, kalian berdiri di sebuah bukit yang jadi titik tertinggi di sekitar area istana tua. Dari sini, pemandangan Istana Kuno Sukhothai bisa kalian lihat dari segala penjuru. Perspektif 360 derajat yang bikin decak kagum! Apalagi kalau kalian datang saat pagi cerah atau sore hari ketika langit mulai berwarna jingga, pemandangannya benar-benar memukau.

bersepeda di Sukhotai
Bersepeda
Yang bikin spot ini semakin magis? Pantulan istana di air yang jernih di bawahnya! Sungguh pemandangan yang seperti lukisan hidup—sempurna buat kalian yang ingin mengambil foto estetik atau sekadar menikmati momen tenang sambil merenungi kejayaan masa lalu.

Nggak heran kalau semua orang bilang: “Kalau ke Sukhothai, belum lengkap tanpa berfoto di Castle Hill!”

Wat Mahathat: Sang Primadona

Wat Mahathat adalah kuil terbesar dan paling megah. Ciri khasnya adalah chedi (stupa) utama yang berbentuk seperti kuncup bunga teratai. Di sekelilingnya, ada puluhan patung Buddha dalam posisi duduk, berdiri, dan berjalan. Angle foto di sini nggak ada yang jelek, pren! Apalagi saat matahari pagi menyinari wajah-wajah Buddha yang teduh itu, bener-bener instagenic dan spiritual sekaligus. 

Beruntung sekali datang di hari kerja, sehingga tidak terlalu banyak pengunjung. Hanya ada beberapa turis asing nampaknya dari Eropa. Sehingga kita bisa bebas mengeksplorasi wilayah ini. Patung Budha menjadi spot foto yang selalu jadi pilihan untuk diabadikan.

Wat Traphang Ngoen Phra Ubosot
Wat Traphang Ngoen Phra Ubosot

Wat Traphang Ngoen Phra Ubosot

Buat kalian yang suka hunting spot foto yang aestetic dan penuh cerita, Wat Traphang Ngoen adalah hidden gem yang nggak boleh dilewatin!

Coba kalian bayangin ada sebuah kuil kuno yang lokasinya di tengah danau, persis seperti pulau kecil yang menyimpan sejarah. Sekarang mungkin cuma tersisa reruntuhan dan jembatan kayu yang membentang menuju tengah danau, tapi justru di situlah charm-nya!

Jembatan kayunya itu lho... sempurna kali buat background foto yang dramatis—apalagi kalau kalian datang pas pagi berkabut atau sore hari ketika langit mulai oranye. Pantulan istana dan reruntuhan kuno di air danau yang jernih bikin suasana jadi kayak di lukisan. 

Dulu, kuil ini dikenal sebagai Phra Ubosot (aula pentahbisan) dan berfungsi sebagai penjaga spiritual di belakang istana. Sekarang, meski cuma tinggal puing, aura sakral dan keindahannya masih sangat terasa.

Wat Traphang Ngoen

Kuil Traphang Ngoen Merupakan situs bersejarah penting yang terletak di tepi barat Traphang Ngoen Wat Mahathat. Kata "traphang" berarti kolam atau kolam, 300 meter dari Wat Mahathat. Situs kuno ini tidak memiliki pagar. Tapi memang bangunan disini jarang sekali yang mempunyai pagar. Terdiri dari chedi berbentuk semak khao bin atau berbentuk kuncup teratai sebagai presiden. Di keempat sisi rumah relik diabadikan patung Buddha berdiri dan patung Buddha postur. Ada sebuah kuil di depan. Ini adalah tempat di mana patung Buddha dalam postur Maravichai diabadikan. 

Wat Si Chum: Rahasia di Balik Dinding

Nggak jauh dari zona pusat, saya bersepeda ke Zona Utara. Di sini, ada sebuah kuil yang menyimpan kejutan: Wat Si Chum. Dari luar, keliatannya cuma bangunan persegi tinggi. Tapi begitu saya mendekat dan melongok melalui celah di dindingnya... Oh my God!

Seorang Buddha raksasa yang sedang duduk tersenyum tenang menyambut saya. Patung yang disebut Phra Achana ini begitu besar dan powerful. Melihatnya langsung bikin merinding dan merasa sangat kecil. Bangunan ini  adalah salah satu momen paling memorable yang bikin saya diam dan terkagum-kagum selama beberapa menit.

Sunset di Wat Saphan Hin: The Grand Finale

Sore hari, saya menantang diri untuk naik ke Zona Barat, tepatnya ke Wat Saphan Hin. Medannya agak menanjak, tapi hadiahnya sepadan! Dari atas bukit, saya melihat pemandangan seluruh area Sukhothai disiram cahaya keemasan matahari terbenam. Sungguh pemandangan yang membius dan jadi penutup perjalanan yang sempurna.

Bus Non AC
Bus Non AC

Tips Buat Kalian yang Pengen Ke Sana:

  • Rental Sepeda: Solusi terbaik! Murah, seru, dan sehat.
  • Jam Kunjungan: Datanglah pagi-pagi sekali (sekitar jam 7-8 pagi) untuk menghindari kerumunan turis dan panasnya terik matahari. Cahaya pagi hari juga paling bagus untuk foto.
  • Bawa Air Minum: Area-areanya luas, bakal banyak jalan dan bersepeda. Stay hydrated!
  • Hormati Tempat Ini: Ini adalah situs suci. Berpakaianlah yang sopan (tutup bahu dan lutut) dan jangan memanjat reruntuhan.
  • Tiket: Tiket per zona sekitar 100 Baht. 

Transportasi Dari Bangkok ke Sukhothai Historical Park

Berikut adalah 4 cara populer untuk mencapai Sukhothai Historical Park dari Bangkok:

Bus Bangkok
Bus Bangkok

1. Bus (Pilihan Paling Ekonomis & Populer)

Naik bus adalah cara yang paling banyak dipilih oleh backpacker dan traveler yang ingin berhemat. Dari: Stasiun Bus Mo Chit (Mo Chit 2 Bus Terminal) di Bangkok. Pastikan kamu ke Mo Chit 2, ini adalah terminal bus utama untuk jurusan utara. Beli tiket dengan tujuan ke Terminal Bus Baru Sukhothai (Sukhothai Bus Terminal). Durasi perjalanan sekitar 6 - 7 jam perjalanan (tergantung lalu lintas dan jenis bus).

Jadwal & Tiket: Bus berangkat hampir setiap jam, mulai pagi hingga malam hari. Ada dua jenis bus: Bus Biasa (Non-AC): Lebih murah, tapi tidak disarankan untuk perjalanan panjang. Keren Thailand ini , masih ada bus non AC.  Kalau Bus AC: Lebih nyaman dan direkomendasikan. Perusahaan seperti Transport Co. (BKS) menyediakan layanan ini. Harga tiket sekitar 270-400 Baht. Bus VIP: Lebih sedikit kursi, lebih lega, dan nyaman. Harganya tentu lebih mahal.

Sampai di Terminal Sukhothai, lalu bagaimana?

Terminal bus ini terletak di Kota Baru Sukhothai. Untuk menuju Taman Sejarah (Kota Tua) yang jaraknya +/- 12 km, kamu bisa naik: Songthaew (Truk berbangku berwarna merah): Kendaraan truk yang disulap jadi angkot ini adalah transportasi umum yang paling umum. Songthaew akan mengantarmu langsung ke pintu masuk taman. Tarifnya sekitar 30-50 Baht/orang. Atau kalau mau cepat bisa naik taksi. Tapi tentu lebih mahal (sekitar 200-300 Baht).

Sonthaew
Sonthaew

2. Pesawat Terbang 

Ideal untuk kamu yang waktu terbatas dan ingin menghindari perjalanan darat yang panjang.

Dari Bandara Don Mueang (DMK) di Bangkok ke Bandara Sukhothai (THS). Sayangnya cuma Bangkok Airways adalah satu-satunya maskapai yang melayani rute ini. Lama perjalanan hanya 1 jam 15 menit saja.

Sampai di Bandara Sukhothai, lalu bagaimana?

Bandara Sukhothai sangat kecil dan letaknya dekat dengan taman sejarah. Kamu bisa mengambil taksi bandara atau minivan yang sudah menunggu untuk mengantarmu ke hotel di Kota Tua atau langsung ke taman. Perjalanan dari bandara ke taman hanya sekitar 20-30 menit.

3. Kereta Api + Bus (Pilihan untuk Pengalaman)

Opsi ini bakal menyenangkan jika kamu ingin mencoba kereta api Thailand dan menikmati pemandangan pedesaan.

Tahap 1: Kereta dari Bangkok ke Phitsanulok

Dari Stasiun Kereta Hua Lamphong (atau Stasiun Bang Sue Grand yang baru) di Bangkok. Ke Stasiun Kereta Phitsanulok. Durasi perjalan sekitar 5 - 7 jam (tergantung jenis kereta: Ordinary, Rapid, Express). Tiket: Mulai dari 200+ Baht untuk kelas 3 (kursi kayu) hingga lebih dari 600 Baht untuk kelas AC.

Tahap 2: Bus dari Phitsanulok ke Sukhothai

Dari stasiun kereta Phitsanulok, naik tuk-tuk atau songthaew ke terminal bus Phitsanulok. Dari terminal, naik bus biasa (warna hijau-krem) jurusan Sukhothai. Perjalanan memakan waktu sekitar 1.5 jam dengan harga tiket sekitar 50 Baht. Bus ini akan turun di jalan raya dekat Taman Sejarah, dan dari sana kamu bisa naik songthaew ke pintu masuk.

4. Menyewa Mobil / Mobil Pribadi (Paling Fleksibel)

Cocok untuk rombongan keluarga atau grup yang menginginkan kebebasan dan kenyamanan penuh. Lama perjalanan sekitar 5 - 6 jam berkendara.

Rute: Ambil jalan tol Route 1 (Phahonyothin) dan Route 32 menuju utara, lalu lanjutkan ke Route 12 menuju Tak dan Sukhothai. Jalannya sangat bagus dan mudah diikuti (bisa menggunakan Google Maps atau Waze).



Comments

Popular posts from this blog

Cara Merubah Tempat Duduk Kereta Api Yang Sudah Dipesan

Naik kereta api adalah salah satu pilihan transportasi yang mengasyikkan dan efisien, terutama bagi para pelancong yang mencari kenyamanan serta pemandangan yang menarik selama perjalanan. Dengan berbagai pilihan kelas dan rute yang tersedia, kereta api menawarkan pengalaman yang unik dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Baik untuk perjalanan jarak jauh atau sekadar perjalanan sehari-hari, kereta api dapat memberikan kenyamanan dan kepraktisan yang dibutuhkan. Namun, terkadang, Anda mungkin perlu menyesuaikan bangku Anda agar perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan sesuai dengan preferensi Anda. Mengganti Bangku Kereta Api Mengganti bangku kereta api dapat dilakukan dengan mudah, baik secara offline maupun online. Jika Anda memutuskan untuk mengganti bangku secara offline, Anda perlu melakukan pengajuan di stasiun kereta yang telah ditentukan. Proses ini memerlukan verifikasi dan dapat dikenakan biaya administrasi. Penting untuk memperhatikan batas waktu pengajuan serta me...

Jadwal dan Tarif Bus Arimbi Rute Bandung - Merak

Bus Arimbi adalah pilihan transportasi yang nyaman dan terpercaya bagi para penumpang yang ingin melakukan perjalanan dari Bandung ke Merak, atau sebaliknya. Dengan fasilitas lengkap dan pelayanan yang memadai, Bus Arimbi menjadikan perjalanan Anda lebih mudah dan menyenangkan. Artikel ini akan membahas tentang rute, tarif, fasilitas, serta cara pembelian tiket Arimbi untuk perjalanan yang lancar. Rute Perjalanan Bus Arimbi Bus Arimbi melayani rute perjalanan dari Bandung menuju Merak dan sebaliknya. Perjalanan dimulai dari Terminal Leuwipanjang Bandung , yang merupakan titik keberangkatan utama. Dari sini, bus akan melewati beberapa daerah dan jalur utama seperti Tol Pasir Koja, Slipi, Kebun Jeruk, Serang , Cilegon , hingga akhirnya tiba di Merak . Lama perjalanan yang dibutuhkan sekitar 6 jam, tergantung kondisi lalu lintas. Rute ini melalui jalur tol utama yang cukup ramai, namun perjalanan tetap nyaman berkat fasilitas yang disediakan oleh Bus Arimbi. Fasilitas yang Menjamin Keny...

Kuching Waterfront: A Journey Through Time and Tranquility

Ah, the Kuching Waterfront! If you’ve never been, you’re in for a treat. The first time I visited, I wasn’t sure what to expect. I'd heard about it from a few travel forums, and it seemed like a "must-visit," but you know how those can be hit or miss. Spoiler alert: Kuching Waterfront was a massive hit for me, and I’m not the kind of person who’s easily impressed by just a riverside promenade. Let me tell you about my first day there—it started off a little rough. I woke up later than planned (typical me), rushed through breakfast, and by the time I made it to the Waterfront, it was mid-morning. Honestly, I was kind of grumpy because the sun was already blazing, and I forgot to pack a hat. That humidity? Yikes. But you know what? The moment I stepped onto the walkway and saw the Sarawak River, all my worries kind of melted away. There’s something about that wide, calm river that just puts you in a good mood. It’s like the whole city takes a deep breath there. The beauty ...