Skip to main content

Melihat Keunikan Desa Pegunungan dalam Sustainable Tourism

 

Desa pegunungan adalah desa yang terletak di kawasan pegunungan atau dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 500 mdpl. Desa-desa pegunungan umumnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa-desa di dataran rendah, seperti iklim yang lebih sejuk, keanekaragaman hayati yang lebih tinggi, dan keunikan budaya yang khas. Kegiatan utama di desa pegunungan biasanya adalah pertanian dan peternakan, dengan komoditas utama seperti sayuran, buah-buahan, kopi, dan teh. Karena karakteristik dan keunikan yang dimilikinya, banyak desa pegunungan di Indonesia yang dikembangkan sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman wisata alam, budaya, dan petualangan.

Desa Pegunungan di Indonesia

 

Desa-desa pegunungan di Indonesia menawarkan keindahan alam yang memukau, keanekaragaman hayati yang luar biasa, serta keunikan budaya lokal yang menarik. Ketinggian yang mencapai lebih dari 500 mdpl memberikan karakteristik dan suasana yang berbeda dengan desa-desa di dataran rendah. Oleh karena itu, banyak desa pegunungan di Indonesia yang dikembangkan sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman wisata alam, budaya, dan petualangan.

Salah satu desa pegunungan terkenal di Indonesia adalah Desa Penglipuran di Bali. Desa ini terkenal dengan kebersihan dan keindahan alamnya, serta keunikan budaya adat Bali yang masih terjaga hingga saat ini. Selain itu, Desa Munduk di Bali juga menawarkan keindahan alam yang memukau dan pemandangan pegunungan yang menakjubkan.

Di Lombok, Desa Sembalun menawarkan pengalaman wisata petualangan dengan mendaki Gunung Rinjani dan menikmati keindahan alam pegunungan yang menawan. Di Yogyakarta, Desa Nglanggeran menawarkan wisata petualangan dengan menikmati keindahan alam dan berjalan di atas batu kapur yang terjal.

Sementara itu, di Jawa Tengah, Desa Dieng dan Desa Candirejo menawarkan keindahan alam pegunungan dan budaya lokal yang khas. Desa Pujon Kidul dan Desa Ngadas di Jawa Timur juga menawarkan keindahan alam pegunungan yang menakjubkan dan pengalaman wisata yang tak terlupakan.

Terakhir, di Sumatra Barat, Desa Batu Mentas dan Desa Sianok Anam Suku menawarkan keindahan alam pegunungan dan budaya lokal yang khas. Destinasi wisata di desa-desa pegunungan ini menawarkan pengalaman yang unik dan tak terlupakan bagi para wisatawan. Namun, pengembangan wisata di desa pegunungan juga memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan untuk menjaga keberlangsungan alam dan budaya lokal yang ada di sana.

Desa Pegunungan di Luar Negeri


 Desa pegunungan di berbagai belahan dunia menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, budaya yang unik, dan pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa desa pegunungan bahkan menjadi destinasi wisata terkenal yang dikunjungi oleh jutaan wisatawan setiap tahunnya.

Salah satu desa pegunungan yang terkenal di dunia adalah Machu Picchu di Peru. Situs kuno ini terletak di ketinggian 2.430 meter di atas permukaan laut di Pegunungan Andes. Machu Picchu terkenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan dan menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di dunia.

Selain itu, terdapat juga desa pegunungan Shirakawa-go di Jepang yang terkenal dengan rumah-rumah tradisional Jepang yang dibangun dengan gaya arsitektur gassho-zukuri. Shirakawa-go diakui sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1995.

Desa pegunungan lainnya yang terkenal adalah Hallstatt di Austria. Desa ini terletak di kawasan Salzkammergut, Austria, dan dikenal dengan keindahan pemandangan alamnya dan arsitektur klasik yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Pegunungan Huangshan di China juga terkenal dengan keindahan pemandangan alamnya yang luar biasa. Desa-desa di sekitar pegunungan ini menawarkan wisata budaya yang menarik bagi para wisatawan.

Di Italia, terdapat Cinque Terre yang terletak di pesisir Laut Tengah. Desa pegunungan ini terdiri dari lima desa yang dikenal dengan pemandangan alam yang indah dan keindahan arsitektur kuno yang masih dipertahankan.

Membangun desa wisata di kawasan pegunungan memiliki tantangan tersendiri, seperti infrastruktur yang kurang memadai, aksesibilitas yang terbatas, dan keberlanjutan lingkungan yang harus dijaga. Namun, dengan perencanaan yang baik, pengembangan ekowisata, dan partisipasi masyarakat setempat, desa wisata di kawasan pegunungan dapat berkembang dengan baik dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat.

 

Potensi Wisata di Desa Pegunungan

Desa pegunungan di Indonesia memiliki potensi wisata yang beragam, seperti keindahan alam pegunungan, keanekaragaman hayati, budaya lokal yang khas, dan pengalaman wisata petualangan. Berikut ini beberapa potensi wisata yang dapat dijumpai di desa pegunungan:

  1. Keindahan alam pegunungan: Pemandangan pegunungan yang indah, seperti perbukitan, lembah, dan sungai, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam.

  2. Keanekaragaman hayati: Desa pegunungan juga memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, seperti tumbuhan dan satwa endemik yang hanya bisa ditemukan di daerah pegunungan tertentu.

  3. Budaya lokal yang khas: Desa pegunungan juga memiliki keunikan budaya lokal yang berbeda dengan daerah lainnya. Budaya ini dapat ditemukan dalam bentuk bangunan tradisional, upacara adat, dan kerajinan tangan khas desa.

  4. Pengalaman wisata petualangan: Desa pegunungan juga menawarkan pengalaman wisata petualangan yang menantang, seperti mendaki gunung, berjalan di atas batu kapur, dan mengeksplorasi alam pegunungan yang masih alami.

Dengan potensi wisata yang dimilikinya, desa pegunungan dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata yang menarik dan mendukung pembangunan ekonomi lokal. Namun, pengembangan wisata di desa pegunungan juga harus dilakukan dengan memperhatikan keberlangsungan alam dan budaya lokal agar tetap berkelanjutan.

Membangun Desa Wisata di Kawasan Pegunungan

 

Membangun desa wisata di kawasan pegunungan bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan langkah yang tepat, hal ini bisa menjadi sebuah potensi wisata yang menguntungkan. Berikut adalah beberapa tips untuk membangun desa wisata di kawasan pegunungan:

  1. Identifikasi potensi wisata di kawasan pegunungan: Setiap kawasan pegunungan memiliki keunikan tersendiri, baik itu keindahan alam, keanekaragaman hayati, budaya lokal, ataupun pengalaman wisata petualangan. Identifikasi potensi wisata yang ada di kawasan pegunungan dan kembangkan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

  2. Dukungan dari masyarakat setempat: Dalam membangun desa wisata, dukungan dari masyarakat setempat sangat penting. Libatkan masyarakat setempat dalam proses pengembangan dan berikan edukasi tentang manfaat dari pariwisata berkelanjutan.

  3. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan: Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijak dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan keberlangsungan wisata. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan seperti pengelolaan sampah, penghematan air, dan penggunaan energi yang ramah lingkungan harus dilakukan.

  4. Pengembangan infrastruktur: Pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya, transportasi, penginapan, dan fasilitas pendukung lainnya sangat penting untuk mendukung keberlangsungan wisata di kawasan pegunungan.

  5. Promosi wisata secara efektif: Promosi wisata secara efektif melalui media sosial, brosur, dan pemasaran lainnya dapat meningkatkan daya tarik wisata di kawasan pegunungan.

Dengan langkah-langkah yang tepat, desa wisata di kawasan pegunungan dapat menjadi destinasi wisata yang menarik dan mendukung pembangunan ekonomi lokal. Namun, pengembangan wisata harus dilakukan dengan memperhatikan keberlangsungan alam dan budaya lokal agar tetap berkelanjutan.

Tantangan Dalam Membangun Desa Wisata di Pegunungan

Membangun desa wisata di pegunungan memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya. Beberapa tantangan dalam membangun desa wisata di pegunungan antara lain:

  1. Aksesibilitas: Pegunungan cenderung sulit diakses dan infrastruktur jalan yang kurang memadai dapat menjadi hambatan dalam mengembangkan desa wisata di kawasan pegunungan.

  2. Keterbatasan sumber daya: Keterbatasan air, listrik, dan akses internet yang terbatas menjadi kendala dalam pengembangan desa wisata di kawasan pegunungan.

  3. Perizinan: Memperoleh izin dari pemerintah untuk membangun desa wisata di kawasan pegunungan dapat menjadi proses yang rumit dan memakan waktu.

  4. Pendidikan: Edukasi dan pelatihan bagi masyarakat setempat dalam mengembangkan dan mengelola desa wisata dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi masyarakat yang masih minim pendidikan.

  5. Konservasi lingkungan: Konservasi lingkungan sangat penting dalam membangun desa wisata di kawasan pegunungan. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak bijak dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan keberlangsungan wisata.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha wisata dalam membangun desa wisata di kawasan pegunungan. Dengan kerjasama yang baik, diharapkan dapat mengoptimalkan potensi wisata di kawasan pegunungan dan membawa manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen