Skip to main content

Posts

Sinaran Perak Kota Gede

SELAMAT DATANG DI SENTRA KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, demikian gapura besar itu menyambut setiap pengunjung yang datang ke lokasi ini. Sesuai dengan gapura besar tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa kali ini saya berkunjung ke pusat kerajinan perak yang cukup terkenal di Yogyakarta. Meski sudah sangat terkenal, bukan menjadikan saya kerap berkunjung kemari. Bisa dikatakan bahwa ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Kota Gede. Yogyakarta memang sebuah destinasi kota yang kerap saya kunjungi, entah kenapa saya tak pernah singgah ke kawasan yang tak jauh dari terminal Giwangan ini. Sebenarnya tak ada niat untuk berkunjung kemari hanya saja seorang kawan tetiba berpesan ingin dibawakan sebuah cincin perak khas Kota Gede. Alhasil akhirnya saya berkunjung ke surga penikmat pernak pernik berbahankan perak perak yang berkilau itu.

Mixed Rice Petaling Street

Saya terdampar di area ini setelah berjalan-jalan dari Pasar Seni. Perut keroncongan dan sedikit letih karena ransel di punggung bertambah beban dari keringat yang menempel pada pakaian kotor. Mungkin ini yang disebut sebagai Petaling Street. Sekalipun salah biarlah saya meyakini bahwa daerah ini bernama Petaling Street. Kehidupan mulai terlihat pagi itu. Para pedagang mulai menggelar lapak dagangannya. Ada yang membuka toko ada yang mulai memindahkan roda bahkan mengangkat rak jualan dari tempat penyimpanan ke tepi jalan. Nyaris seperti Khaosan Road di Bangkok. Tapi setidaknya tidak semerawut di Gasibu. Pejalan kaki masih nyaman melenggang meski sesekali harus menepi karena ada kendaraan yang lewat. Jalan ini sangat nyaman karena sepanjang jalannya diberi atap yang dihiasi lampion dan bendera warna warni. Setidaknya ini bisa saya asumsikan sebagai Petaling Street. Bila salah mohon maafkan, karena sekembali dari Melaka saya tetap memutuskan untuk mengunjungi jalan ini kembali. Sek

Menggelandang ke Terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur

 bus yang akan masuk terminal Sekembali dari Batu Chaves ada sedikit rasa geli yang menghampiri. Sebenarnya bisa saja langsung naik KTM dari Batu Chaves ke Stasiun Tasik Selatan atau mungkin transit di KL Sentral. Yang saya lakukan adalah membeli tiket ke KL Sentral, keluar dari stasiun dan kembali membeli tiket menuju Stasiun Tasik Selatan. Berdasarkan hasil browsing singkat didapat informasi bahwa terminal bus yang mengarah ke bagian selatan Malaysia dekat dengan stasiun ini. Beberapa stasiun dilewati dan pengeras suara kereta api menginformasikan bahwa stasiun selanjutnya merupakan tujuan yang akan saya datangi. Papan informasi penunjuk arah sangat jelas terpampang. Pengunjung yang membutuhkan informasi tidak akan kesulitan berpikir kemana akan melangkah. Ternyata ada jalan penghubung stasiun dengan Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Sementara di seberang sisi lain stasiun ini kalau tidak salah merupakan tempat parkir umum bertingkat. Sepintas saya tidak yakin bahwa bangunan

Icip Icip Armada Baru Sanura

  Bang Ucok is comeback. Sebenarnya itulah awal kalimat yang memang seharusnya dijadikan judul dalam cerita kali ini. Bang Ucok merupakan supir lawas di PMTOH yang membawa armada 1526 kepunyaan dari Sepakat Group. Bagi sebagian orang memang tak mengenal beliau, karena beliau hanyalah pilot dua dari armada BL 7449 AA. Mungkin akan lebih mengenal Lek Bur sebagai supir utamanya. Kenapa di awal saya katakan comeback, karena beliau sempat tak muncul di Banda Aceh beberapa bulan lamanya. Saya pikir beliau sudah pindah ke perusahaan otobus lainnya. Berdasarkan obrolan singkat dalam bus memang beliau sempat pindah haluan ke rute Medan - Takengon dengan perusahaan otobus lain. Singkat cerita saya mendapatkan kabar juga bahwa beliau membawa armada baru dari PO. Sanura. Akhirnya Sanura kembali menggeliat mengikuti persaingan panas jalur Medan - Aceh. Betapa tidak, jalur ini nyaris diasapi oleh armada-armada terbaru di kelasnya. Bahkan Scania sekalipun berani merambah pedasnya Mercedez Bens yan

Sungai Nibong Express Bus Terminal

Setelah berkunjung ke Penang International Airport, lokasi tujuan selanjutnya adalah terminal bus Pulau Penang. Sungai Nibong Express Bus Terminal merupakan nama bagi terminal bus antar kota di Pulau Penang. Armada dari terminal ini melayani keberangkatan Antar Kota Dalam Propinsi dan Antar Kota Antar Propinsi. Bus-bus yang tersedia kebanyakan melayani rute tujuan Ipoh, Genting Highland, Kualalumpur, Shah Alam, Johor Bahru, Melaka, Singapura. Tidak seperti terminal kebanyakan yang pernah saya kunjungi, terminal ini sepi. Hanya terlihat beberapa armada bus saja yang terparkir. Setelah memperhatikan dengan seksama maka saya ketahui bahwa bus akan masuk ke terminal ketika masa kedatangan dan keberangkatan saja. Jalur kedatangan dan keberangkatan pun dipisahkan. Mungkin saja hal ini diterapkan agar bus yang akan menurunkan penumpang dapat langsung keluar terminal dengan cepat.

Transportasi Bandara Kualanamu

Sejak aktifitas penerbangan dipindahkan dari Bandara Polonia ke Bandara Kualanamu, banyak kawan kawan yang menggerutu. Betapa tidak, bandara yang baru diresmikan ini berada jauh di luar kota. Tentunya bagi mereka yang ingin pergi dengan cepat harus mempersiapkan waktu beberapa jam sebelum penerbangan untuk berangkat ke bandara. Terutama kawan kawan dari Aceh yang telah terbiasa menggunakan bus malam, tiba di Terminal Pinang Baris dan lebih mudah untuk mengakses bandara Polonia dulunya. Meski diawal dirasa sangat rumit, tetapi sekarang tidaklah sulit untuk menuju Bandara Kualanmu terutama bagi kawan kawan yang menggunakan bus dari Aceh.

Piknik Keliling Asia, Ya Air Asia

Gelak tawa kali itu pecah dari beberapa kawan yang sedang asik begadang di depan monitor. "Dapat juga untuk tahun depan". Sempat dalam hati mengejek, kenapa harus bersusah payah untuk mengejar selembar tiket di masa yang belum pasti kita berada disana? Datanglah jawab dari kawan "kalau bisa murah dan cepat, kenapa harus berhari hari di perjalanan?". Sial, begitu umpatku dalam hati. Hari berganti dan keberangkatanpun datang menghampiri. Membandingkan tiket dengan beberapa maskapai lain tidak terlalu signifikan memang, hanya saja memang tidak ada keberangkatan dari Bandung saat itu. Sekali lagi memang ini yang dikatakan sial. Kawan kawan bisa mendapatkan tiket murah, rute yang tidak rumit pula. Betapa tidak cemburu dengan mereka, sekali naik pesawat saja dari Bandung bisa langsung ke Medan. Sementara saya harus bersusah payah naik travel dini hari menuju Bandara Soekarno Hatta demi mengejar jadwal kedatangan yang tak jauh berbeda di Polonia. Setelah itu mulai berpikir