Skip to main content

Sinaran Perak Kota Gede

SELAMAT DATANG DI SENTRA KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, demikian gapura besar itu menyambut setiap pengunjung yang datang ke lokasi ini. Sesuai dengan gapura besar tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa kali ini saya berkunjung ke pusat kerajinan perak yang cukup terkenal di Yogyakarta. Meski sudah sangat terkenal, bukan menjadikan saya kerap berkunjung kemari. Bisa dikatakan bahwa ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Kota Gede. Yogyakarta memang sebuah destinasi kota yang kerap saya kunjungi, entah kenapa saya tak pernah singgah ke kawasan yang tak jauh dari terminal Giwangan ini. Sebenarnya tak ada niat untuk berkunjung kemari hanya saja seorang kawan tetiba berpesan ingin dibawakan sebuah cincin perak khas Kota Gede. Alhasil akhirnya saya berkunjung ke surga penikmat pernak pernik berbahankan perak perak yang berkilau itu.



Jalan menuju lokasi ini cukup besar, sayangnya memang tak terlihat ada lokasi parkir kendaraan yang luas seperti layaknya Malioboro. Mungkin saja saya yang kurang memperhatikan di seputaran Kota Gede ini. Beberapa toko di kanan dan kiri jalan tertata rapi menyajikan bermacam kreasi perak. Awalnya saya hanya berpikiran bahwa di lokasi ini hanya akan ada cincin maupun kalung. Prediksi saya kurang tepat ternyata. Selain cincin dan kalung, terdapat perhiasan lainnya seperti anting-anting, gelang, bros. Ada beberapa gantungan kunci juga terpajang disana. Lukisan dinding dari ukiran perak juga turut menghangatkan suasana cerah siang itu. Di sudut lemari kaca saya sempat tercengang karena selain cincin, ada juga batu alam yang turut serta dijual. Harga yang ditawarkan sangat beragam dengan harga yang sangat kompetitif. Seperti layaknya membeli emas, berat perak turut menentukan harga yang ditawarkan. Uniknya lagi disini ada harga pasaran untuk beberapa perhiasan tertentu. Mungkin dikarenakan biaya produksi yang bervariasi membuat harga yang ditawarkan juga sangat variatif. Jangan takut untuk menawar jika berkunjung ke Kota Gede. Beberapa toko bahkan menggelar diskon untuk beberapa barang yang dijual. Harga sebuah cincin dari 100ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Jangan sungkan juga untuk menanyakan kualitas perak yang digunakan. Tidak jarang ada perak campuran besi putih untuk menekan biaya produksi.



Kali ini saya berkunjung ke Mahkota Silver Kota Gede. Sebuah toko yang menjual beragam souvenir dari perak. Sebuah cincin pria dengan batu Kecubung dihargai 500ribu rupiah. Sebenarnya cukup mahal jika dibandingkan dengan pasaran harga batu di Sumatera sekarang ini. Tetapi jika melihat dari cincin pengikatnya, rasanya tidak terlalu mahal. Karena motif cincin yang ditawarkan sangat unik, indah dan menawan. Toko ini juga menawarkan cincin berpasangan yang harganya sebenarnya tidak masuk akal. Jika membeli sebuah cincin dikenai harga 240K jika membeli sepasang akan dikenai 300K. Harga tersebut belum dikenai diskon 30-50%. Mungkin ada filosofi berbagi kebahagiaan juga merupakan ibadah bagi si penjual. Terlihat beberapa pasangan mondar mandir di lokasi Kota Gede ini. Ternyata mereka sengaja mencari perhiasan yang pas untuk digunakan dalam pernikahan. Jika tidak menemukan perhiasan yang pas, jangan khawatir. Pengunjung dapat memesan model / motif sesuai dengan yang diinginkan. Kalian yang memang sedang mencari perhiasan murah tetapi menawan, tidak ada salahnya berkunjung ke Kota Gede.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen