Skip to main content

Posts

Menggelandang ke Padepokan Efisiensi

Minggu itu 26 Mei 2013 jam 2siang kurang rasanya. Sudah berada di Padepokan Efisiensi. Banyak masyarakat awam menyebutnya dengan panggilan mesra Jeng Efi. Sekilas padepokan ini biasa saja. Mungkin karena belum begitu mengenal kondisi dan keadaan secara mendalam. Iya seperti yang dikatakan beberapa kawan, bahwa kita harus membumi dalam menikmati sesuatu. Membumi lantas masuk ke dalam bumi? Halaman parkir untuk pengunjung cukup luas. Kendaraan roda dua bisa diparkir di bagian kiri. Untuk pengunjung roda empat bisa memarkirkan kendaraannya di bagian kanan. Sedangkan untuk bagian tengah adalah tempat parkir armada yang akan berangkat ke Purwokerto dan Cilacap. Bus Efisiensi terkenal dengan Patas (cepat dan terbatas) dan Royal Class nya. Tapi bukan itu sebenarnya kali itu yang saya kejar. Saya butuh berangkat cepat sedangkan dapat tiket keberangkatan pukul 14.30. Tak apalah menanti 30 menit meski pada akhirnya bus berangkat jam 3 sore lebih. Jika delay apakah ada kompensasi :) ?  Pool

Seolah Olah Bangkok

Sore itu tepat hari Jumat di akhir April 2013 tiket bus menuju Medan sudah di tangan. Duduk di bangku nomor 2. Kebanyakan orang mengatakan bahwa ini adalah hot seat . Kita dapat leluasa melihat lajunya bus dan juga pemandangan di depan mata tentunya. Adalah Badrul yang telah membantu mencarikan bangku tersebut. Kami berkenalan sebelumnya di Aceh Bus Lovers. Sebagai juru ticketing Bus PMTOH, sudah beberapa kali saya memesan tiket kepada beliau. Kali ini nasib kurang berpihak, karena saya terlalu cinta bepergian dengan PMTOH plat nomor 7449. Tak apalah menggunakan 7448, hanya beda supir saja. Tepat pukul 20.00 bus sudah keluar terminal dan waktu berpamitan tiba. Sebelumnya Badrul sudah menelepon awak bus dan menginformasikan bahwa saya bersamanya di Kedai Kopi Cek Yuke di depan terminal tempat kami biasa menikmati malam. Bus melaju tenang, lain rasanya dengan bus yang biasa saya naiki. Bahkan dengan tenang supir menggiring roda-roda agar tetap pada koridornya. Jarang sekali mengejar

Kencan Dengan Bis Mania

Matahari pagi itu baru saja menampakkan diri di Kota Banda Aceh. Perlahan tapi pasti scooter Bung Dody membelah jalanan kota menuju terminal bus Batoh. Entah benar namanya atau tidak, tapi lazimnya demikian kebanyakan orang menyebut nama terminal ini. Lama juga tak menjenguk terminal bus antar kota antar propinsi ini. Bus-bus malam dari Medan tampaknya sudah banyak yang memasuki terminal. Sebenarnya pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk kencan dengan bus di terminal Batoh. Karena tidak jarang, bus yang masuk belum mandi jadi kesannya kurang cantik. Meski tak jarang ada beberapa kawan lainnya yang memang sengaja mengabadikan kulit bus yang masih kotor. Pagi ini gosipnya ada beberapa tamu dari Bis Mania Jakarta, Pekanbaru, Medan yang sengaja touring ke Banda Aceh. Tepatlah kiranya, karena beberapa kawan yang sudah saya kenal berada di tengah tengah terminal sembari berbincang dengan tamu-tamu tersebut. Sembari berkenalan, basa basi sedikit juga tak lupa diselingi dengan mengambil gam

The Panasdalam - Librani Outche Envirie

sperti apa, rasanya dulu selagi kau masih ada bila ini yang kudapati macam begini kacau hatiku bila boleh sekali lagi kuingin ulang kembali untuk akan menahan diri agar tak ada luka agar tak pergi purnama tertusuk ranting pohon angkasa hatiku yang sunyi berapa lamakah hingga nanti hingga kau datang lagi

Sehari bersama Pembangunan Semesta

Pagi di Pinang Baris, masih pukul 08 waktu Medan dan sekitarnya. Turun dari angkot warna merah entah no berapa, pastinya dari Padang Bulan. Niat hati sebenarnya ingin ke Tangkahan, tetapi masih ragu karena jadwal bus ke lokasi masih sangat terbatas. Maklum bukan trayek yang cukup basah. Pembangunan Semesta, itulah nama bus yang dapat digunakan untuk mencapai Tangkahan. Warnanya oren, mirip mirip minibus Rajabasa - Panjang di Lampung sana. Karena masih terlalu pagi, didapatlah bangku "hot seat" tepat di belakang supir. Kira kira setengah jam lamanya bus parkir di luar terminal. Bus kemudian melaju perlahan mengarungi jalur Medan - Langkat. Meski terkesan sangat ekonomis karena dilihat dari fasilitasnya, Pembangunan Semesta memiliki penggemar yang tak sedikit. Di titik titik tertentu beberapa penumpang mulai naik. Mungkin sebagai trip perdana di pagi ini setelah matahari muncul, pengguna jasa layanan Pembangunan Semesta banyak yang menunggu. Rasanya lebih enak menyebutkan

Lombok, Last Trip 2012 (part 7)

Tiba di kediaman Rido, mandi dan bersih bersih diri. Kali ini Amak sedikit kecewa karena kami besok sudah bertolak dari Lombok. Biasanya setiap yang datang kemari, maka akan ada jamuan besar. Lagi dan lagi kami menikmati santap malam khas Lombok. Ada beragam makanan disini, ada ikan yang digiling kemudian dijadikan sate. Ada juga sayur terong. Malam itu ternyata Amak mengundang pemain ketipung dan gambus untuk menikmati malam tahun baru. Alhasil kami menikmati lagu lagu khas Lombok. Sesekali kawan kawan Amak, bapak tua itu berdiri menari. Perfect sekali, seperti penari yang sangat terlatih. Gerakan tangan yang gemulai, sesekali goyang pinggul yang menawan menghasilkan gelak tawa di ruangan ini. Hingga tahun berganti kami masih menikmati lantunan mesra musik tradisional Sasak ini. Tak berakhir di ruangan itu, kami pindah lokasi di teras luar, di atas gubuk kecil. Hampir pagi, mama ternyata membuatkan kami nasi goreng tumpeng khas Sasak.

Lombok, Last Trip 2012 (part 6)

Hari ini tak perlu menyewa kendaraan, selepas mandi kami akan menuju Air Terjun Benang Kelambu. Dengan kendaraan pick up bak terbuka sebagai penuntunnya. Tak lupa kami dibekali nasi, sayur serta ayam sebagai lauknya. Jalanan semula beraspal tebal, kembali menjadi bebatuan. Kira kira 40 menit berada di jalanan kami bertemu turis asing, “Where do you going?” “Benang Stukel Waterfall”, “Follow me”. Kedua gadis manis itu turut mengikuti kami dari belakang dengan kendaraan matik mereka. Tak lama mereka kemudian berhenti, karena alur kami membingunkan mereka. Mungkin tidak sesuai dengan peta mereka. Di tikungan terakhir mereka tak lagi terlihat setelah 10 menit rasanya mengikuti kami. Ternyata Air Terjun Benang Setukel dan Benang Kelambu itu tidak lah berjauhan.Setelah menapaki jalan mendaki dan berlumpur tibalah kami di depan pintu masuk lokasi tersebut. Dengan membayar retribusi sebesar seribu rupiah per orang maka kendaraan kami parkirkan di halaman depan. Belum tampak kalau ada tand