Skip to main content

Menikmati Lezatnya Sate Gurita "Ajo" Sabang

Keindahan alam Kota Sabang, di Pulau Weh bukan lagi menjadi rahasia umum. Sabang adalah sebuah kota kecil yang terletak di ujung barat pulau Sumatra, Indonesia. Meskipun ukurannya kecil, Sabang memiliki keindahan alam yang memukau dan menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menikmati alam yang masih alami. Sehingga wajar jika banyak pelancong yang sengaja berkunjung ke kota di ujung barat Pulau Sumatera ini.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Sabang juga merupakan salah satu tujuan para penikmat kuliner nusantara. Sabang mempunyai beberapa kuliner unik yang menggugah selera. Bagi sebagian orang mungkin sudah sering melihat dan menikmati sate secara langsung. Sate ada irisan daging kecil yang disematkan pada tusukan dan kemudian dibakar di atas bara api. Daging yang digunakan untuk membuat sate adalah ayam, kambing, sapi. Tetapi ada keunikan salah satu sate yang ada di Kota Sabang ini. Ya, sate gurita namanya. Daging yang menjadi bahan pokok sate ini berasal dari gurita. Mengapa gurita? Karena hewan laut ini sangat banyak di Kota Sabang.

Baca Juga: Menikmati Mie Aceh Lobster di Tepi Pantai Rigaih Calang Aceh Jaya

Sate Ajo merupakan salah satu penyedia sate gurita yang terkenal di Sabang. Sate Ajo berada di Zero Coffee, tepatnya di jalan Jl. Sultan Hasanuddin, Kuta Ateueh, Sukakarya, Kota Sabang. Sate ini menjadi langganan kami jika berkunjung ke Sabang. Lokasinya juga tidak jauh dari Guest House Bu Ade tempat saya sering menginap. Awalnya berkunjung ke Zero Coffee hanya untuk menikmati secangkir kopi dan sepotong senja. Ternyata menjelang sore, Bang Ajo mulai menjajakan sate tepat di depan kedai kopi tersebut. 

Seperti namanya, "Sate Ajo" dikelola oleh Putra Minangkabau Asli. Ajo dalam bahasa Padang artinya Abang. Meski kita lebih cenderung sering mendengar sebutan Uda. Sate Ajo tidak meninggalkan ciri khas sate dari Ranah Minang. Bumbu yang digunakan sama dengan bumbu Sate Padang yang digunakan. Sate Ajo juga menyediakan sate ayam, kambing, selain dari Sate Gurita sendiri. 

Lantas kenapa saya selalu kembali untuk menikmati sate gurita disini? Sate gurita yang disajikan tidak mempunyai bau amis. Sepertinya Ajo sangat terampil dalam urusan mengolah daging gurita ini. Daging yang saya makan benar-benar empuk. Bumbu Sate Padang yang diberikan tidak hanya menyelimuti bagian luar daging, tetapi meresap hingga ke dalamnya. Ada sikap tegas yang ditonjolkan oleh Ajo dalam setiap bumbunya. Sehingga menjadikan sate gurita ini menjadi lebih berkarakter. Jika kalian tidak terbiasa dengan Bumbu Sate Padang, Ajo juga menyediakan Bumbu Sate Madura. Harga yang ditawarkan Ajo sangat terjangkau. Jadi jangan takut untuk menikmatinya dengan tenang.

Baca Juga: Sabang Marine Festival


Matahari sore itu semakin tenggelam, seperti bersembunyi di balik dasar laut. Semilir angin laut menambah sejuk siang yang sebelumnya terik. Beberapa kursi yang digelar di atas pelataran mulai ramai terisi. Wajar saja Sate Gurita Ajo menjadi pilihan untuk santap malam. Sembari menikmati makanan yang lezat, kita bisa terbuai keindahan pantai Sabang yang menenangkan. Kalian pernah ke Sabang? Pastikan pernah menikmati Sate Gurita Ajo. 

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen