Skip to main content

Megono dan Kesederhanaan Pesisir Utara

Setibanya di Kabupaten Pekalongan, saya tidak berpikir panjang untuk mencari tempat yang menjajakan sarapan pagi. Sebuah angkringan sederhana di tepi jalan Titik Nol KM daerah Kajen sudah menunggu dengan pasti. Ibu penjualnya menawarkan sarapan nasi dengan Sayur Megono. Singkatnya, sang Ibu menuturkan jika Megono ini adalah makanan khas di Kabupaten Pekalongan yang sayang untuk dilewatkan.

Megono adalah hidangan khas Jawa Tengah yang terbuat dari potongan nangka muda yang dibumbui dengan perpaduan kelapa parut sehingga menciptakan rasa gurih. Awalnya, Megono berasal dari Kabupaten Pekalongan, tepatnya di pesisir utara  Pulau Jawa. Hingga saat ini telah berkembang di beberapa daerah seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Temanggung.


Biasanya, hidangan ini disajikan dengan nasi hangat, mendoan, cumi masak hitam, telur balado, tempe orek, mentimun, dan sambal.
Megono terbuat dari nangka muda yang masih mentah dan telah dikupas kulitnya, kemudian diiris atau dicincang halus menjadi potongan kecil-kecil. Potongan nangka muda tersebut dicampur dengan bumbu rempah seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, terasi, kencur, cabai merah, serai, daun melinjo, daun salam, dan daun jeruk. Selain itu, ditambahkan juga irisan halus bunga kecombrang dan kelapa parut. Campuran bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang tahan panas dan dikukus selama sekitar 45 menit hingga 1 jam hingga nangka menjadi lunak dan bumbu meresap.


Warna Megono biasanya berwarna kuning kecokelatan, dan warna kematangannya dipengaruhi oleh bumbu rempah yang digunakan. Selain itu, rasa gurih yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kelapa parut yang diberikan. Megono hadir dalam berbagai warna dan variasi, dan setiap variasi memiliki ciri khas masing-masing. Contohnya, Megono Wonosobo memiliki tambahan irisan kubis hijau, parutan kelapa, dan ebi yang memberikan rasa gurih. Bumbu pada megono Wonosobo terdiri dari bawang merah, bawang putih, garam, dan cabai.

Energi Dalam Kesederhanaan
Megono konon menjadi perbekalan pilihan bagi para prajurit Mataram yang melakukan perjalanan jauh di masanya.Megono sering dianggap sebagai simbol kesederhanaan karena bahan-bahannya mudah didapatkan dan cara memasaknya juga sederhana. Meskipun terbuat dari bahan-bahan yang sederhana, megono memiliki rasa yang lezat dan nikmat.

Meski terlihat sangat sederhana, tetapi ada energi yang dipancarkan dari makanan ini.  Oleh karena itu, Megono menjadi simbol kerja keras yang gigih dan kesederhanaan.

Cerita singkat tentang Megono pagi tadi menjadi pengingat bahwa Megono menjadi identitas yang tak terpisahkan dari masyarakat Pekalongan. Makanan ini sangat mudah ditemukan di penjuru wilayahnya. Dari warung angkringan yang sederhana hingga rumah makan yang menawarkan kemewahan. Tua muda, cerdik cendikiawan mengenal jenis makanan yang satu ini. 

Megono menjadi semangat kesederhanaan, yang selalu mempunyai ruang dan tempat di semua kalangan masyarakat.




Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen