Skip to main content

Warung Nasi Teh Ai Kiara Payung

 


Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman kulinernya. Sedangkan Provinsi Jawa Barat adalah salah satu daerah yang mempunyai keanekaragaman kuliner tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika Bumi Pasundan ini mempunyai banyak daerah sebagai tujuan para pecinta kuliner nusantara. Kuliner yang menjadi ciri khas di Jawa Barat adalah makanan khas Sunda. Wajar saja, masyarakat Sunda memenuhi hampir seluruh penjuru Jawa Barat. Kuliner khas Sunda sendiri tersedia dari tempat makan yang sederhana hingga ke restauran bintang lima. Uniknya lagi, masakan khas Sunda dapat ditemukan di tengah keramaian hingga ke pelosok desa.

 
Bagian depan warung nasi

Warung Nasi Teh Ai yang berlokasi di Kiara Payung, menjadi salah satu destinasi yang harus kalian kunjungi jika sedang berada di seputaran Jatinangor. Jatinangor sendiri terkenal sebagai pusat kawasan pendidikan dan bumi perkemahan. Untuk menuju ke warung nasi ini terbilang mudah-mudah gampang. Dari Kampus IPDN, kita harus menuju ke arah pintu masuk Universitas Pajajaran. Selanjutnya naik saja terus ke arah Bumi Perkemahan Kiara Payung. Atau jika keluar dari Gerbang Tol Jatinangor, kalian bisa terus ke kanan dan naik ke atas hingga pintu gerbang Bumi Perkemahan Kiara Payung. Biasanya ada petugas di pintu gerbang yang mengumpulkan uang retribusi masuk. Kira kira 500meter setelah pintu gerbang, belok ke kiri dan mengikuti jalan hingga ke atas. Akan terlihat barisan warung-warung nasi di sebelah kanan jalan. Akan terlihat papan nama Warnas Teh Ai diantaranya.

 
Tempat lesehan di dalam

Dingin dan sejuk sudah menjadi ciri khas kawasan ini. Beberapa pohon jati terlihat menjulang tinggi. Daunnya seperti memayungi kedai nasi yang berbaris rapih. Setiap warung nasi di daerah ini sepertinya mempunyai template yang hampir sama. Di depan warung telah disediakan beberapa meja dan kursi panjang. Sedangkan di bagian dalam tersedia tempat lesehan yang lebih luas lagi. Sehingga sangat cocok untuk kalian yang mencari tempat makan dengan jumlah orang yang banyak. Paling tidak, bagian dalam warung nasi ini bisa menampung 30an orang pengunjung.

Baca Juga : Jasa Rahayu Geumpeung, Si Merah Yang Menggemparkan dari Tanah Rencong

Sebuah lemari kaca terlihat dari bagian depan warung. Lalapan segar di dalamnya menunjukkan ciri khas Warung Nasi Sunda. Ada selada air, daun kemangi, timun, ditemani dengan ayam kampung, bebek, ikan mujair, tahu tempe yang belum dimasak. Konon katanya, dengan rajin mengkonsumsi lalapan atau daun daunan hijau dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan diabetes. Lalapan juga berkhasiat untuk membersihkan usus dan membuat tubuh menjadi lebih bugar. Satu lagi yang tidak kalah penting, lalapan sendiri dapat menambah nafsu makan.

Setibanya disana, kami mengambil tempat di dalam. Duduk secara lesehan membuat makan lebih santai dan tenang. Tak lama kemudian, disajikan air teh tawar yang hangat. Tentunya hal ini menguatkan ciri khas sebagai Warung Nasi Sunda. Air teh tawar sendiri berkhasiat untuk mencegah diabetes. Satu persatu jenis makanan mulai disajikan. Sebelumnya makanan telah dipesan melalui komunikasi di telepon seluler. Kalian bisa saja memesan ketika sudah tiba disana. Tentu saja membutuhkan waktu untuk memproses semua pesanan makannanya.

 
 Bebek Goreng

Sajian pertama yang terlihat adalah bebek goreng. Sebenarnya saya termasuk ragu untuk memesan bebek di warung nasi ini. Pasalnya, belum tentu semua kedai nasi mampu mengolah bebek dengan baik. Sehingga bebek yang disajikan akan tercium bau amis. Dari segi tampilan, sepertinya bebek ini digoreng lebih lama. Warnanya terlihat lebih gelap dari biasanya. Sepertinya Teh Ai sebagai pemilik kedai memahami bagaimana cara mengolah bebek agar aromanya tidak mengganggu. Biasanya potongan daging bebek akan direndam dengan daun salam, daun jeruk, jahe. Di beberapa daerah, juga ditambahkan dengan daun serai. Kemudian daging bebek direbus hingga lunak, kemudian digoreng. Di Provinsi Aceh, daging bebek lebih cenderung disajikan dengan cara digulai atau kari. Bebek yang disajikan siang ini sangat lembut. Bahkan dengan mudah saya lepaskan daging yang menyelimuti tulang. Rasanya seperti sedang menyantap itik muda karena sangat lembut di lidah.

 
Sambal dan Cumi
Nasi merah yang masih panas turut menggugah selera. Ditemani tahu dan tempe goreng membuat ramai suasana. Saya seperti sedang menikmati makan di daerah Priangan Timur. Karena tempat nasi yang digunakan berasal dari anyaman bambu. Sepiring sayur kangkung tersedia di depan mata. Meski sudah dimasak, warna yang ditampilkan tidak layu. Masih nampak terlihat sangat segar. Rempah yang terdapat pada kuah sayur kangkung itu sangat terasa. Terlihat irisan cabai di dalam tumpukannya.

Sebuah warung nasi khas Sunda kurang lengkap rasanya jika tidak menyediakan sambal. Untuk kalian yang sangat menyukai rasa pedas, sangat cocok untuk mencicipi sambal yang disajikan disini. Awalnya saya sangat tergoda untuk menyantapnya banyak-banyak. Warna sambal yang merah cerah cukup menggugah selera. Disajikan langsung di atas penggilingan dari batu. Air dalam sambal terlihat sangat banyak. Menandakan tomat yang digunakan tidak sedikit. Tetapi karena rasanya sangat pedas, saya urungkan untuk menyantapnya banyak-banyak. Rasanya sangat segar sekali setelah sambal membasahi ujung lidah.


Baca Juga: Cara Traveler Hasilkan Uang 

Warung nasi Teh Ai juga menyajikan cumi sebagai lainnya. Bagi kalian pecinta makan laut, rasanya kurang lengkap jika tidak mencicipinya. Kali itu saya tidak mencoba ayam goreng dan ikan gorengnya. Karena saya pikir, rasanya akan sama dengan warung nasi Sunda lainnya. Tetapi menurut penuturan teman, ayam goreng dan ikan goreng yang disajikan sangat enak dan empuk. Tidak ada aroma bau tanah atau amis pada ikan mujair yang disajikan.

 
Nasi Merah, Jengkol Goreng, Lalapan

Pandangan saya kemudian terfokus pada satu menu yang terbilang ngeri ngeri sedap. Jengkol goreng menjadi menu pelengkap yang seharusnya sangat layak dijadikan sebagai menu utama. Cepat saja saya sambar sepiring jengkol yang melintas di depan mata. Jengkol goreng memang sangat cocok dimakan dengan sambal dan nasi yang masih panas. Aroma jengkolnya tidak tercium sangat mencolok. Sepertinya jengkol telah direbus menggunakan air dan daun jambu biji. Karena biasanya daun jambu biji bisa membuat jengkol menjadi lebih lunak dan empuk.

Baca Juga: Masih Adakah Cibaduyut Itu

Karena terlalu nikmat, sampai tidak sadar jika saya sudah menambah nasi hingga dua kali. Makanan yang nikmat, suhu udara yang sejuk, dan suasana pedesaan menambah selera makan menjadi meningkat. Jika kalian sedang mencari makanan khas Sunda, Warung Nasi Teh Ai di Kiara Payung bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat. 

Jika kalian ingin memesan tempat dan makanan, bisa hubungi Teh Ai di 085220174904

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen