Skip to main content

Ola Kisat: Legenda Kuliner Medan yang Menggugah Selera

Jika ada kawan mengajak makan di rumah makan Batak atau di rumah makan Karo, saya tak pernah bingung karena sering menikmatinya di Bandung. Sebut saja Rumah Makan Gundaling sebagai rumah makan yang kerap saya kunjungi dulu. Ketika berada di Medan tidaklah mengherankan jika kita akan lebih mudah menemui rumah makan khas Batak ini. Ada beberapa rumah makan yang telah saya singgahi. Bahkan Bang Roy pernah membuat merchandise berupa kaos "Babi Panggang Karo".

Pernahkah kamu mendengar tentang sensasi kuliner Medan yang begitu melegenda? Bukan durian, bukan Bika Ambon, tapi Ola Kisat, hidangan khas Batak Karo yang telah memikat lidah para pecinta kuliner selama puluhan tahun.

Bagi saya, Ola Kisat bukan sekadar makanan. Ola Kisat adalah kenangan masa kecil yang tak terlupakan. Aroma khasnya selalu membawa saya kembali ke rumah nenek di Medan, duduk bersama keluarga menikmati hidangan hangat penuh cinta.

Sebagian orang memang tidak bisa mengkonsumsi jenis makanan ini dikarenakan label halal. Sekali waktu pernah diajak kawan untuk menikmati masakan khas Ola Kisat. Sebagai pendatang di Medan, saya sempat bingung dan penasaran dengan nama Ola Kisat. 


Ola Kisat adalah sebuah rumah makan yang terkenal di Kota Medan, Sumatera Utara. Mereka dikenal karena menyajikan Babi Panggang Karo, sebuah hidangan khas dari suku Karo di Sumatera Utara. Babi Panggang Karo adalah daging babi yang dipanggang dengan rempah-rempah khas, sehingga menghasilkan cita rasa yang kaya dan lezat
Adalah Padang Bulan sebagai salah satu lokasi rumah makan Ola Kisat. Kali pertama berkunjung saya melihat rumah makan ini biasa saja. Tatanan kursi di lantai satu tak jauh berbeda dengan beberapa rumah makan Batak yang pernah saya kunjungi. Hanya saja kursi yang disediakan cukup banyak. Hal ini tentunya menandakan bahwa pengunjung rumah makan ini juga cukup banyak. Kesan lain mulai tampak ketika saya naik ke lantai dua. Sangatlah aneh kalau saya berkunjung ke rumah makan Batak lantas ruangannya ber AC. Kursi yang disediakan lebih elegan.



Kali pertama mengunjungi Ola Kisat ini kami memesan paket kiloan. Jadi apabila kawan kawan berkunjung kesini secara beramai beramai bisa memilih tipe kiloan. Jika datang sendiri atau berdua bisa saja memesan paket kecil dan sedang. Jika datang bertiga atau berempat bisa saya sarankan untuk mengambil paket besar. Saya lupa berapa harga paket yang ditawarkan. Hanya saja beberapa hari yang lalu saya kembali menikmati paket sedang dan sebotol Soda Badak dikenai harga Rp 26.000,- Cukup terjangkau untuk harga yang ditawarkan. Tidak jauh berbeda dengan tarif beberapa rumah makan Batak di Bandung.

Ola Kisat adalah hidangan yang terdiri dari dua elemen utama: saksang dan babi panggang. Saksang merupakan olahan daging babi yang dimasak dengan darahnya sendiri, dicampur bumbu khas Batak Karo seperti andaliman, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah lainnya. Rasanya gurih, pedas, dan sedikit pahit dari andaliman, menciptakan sensasi unik yang digemari banyak orang.

Babi panggang Ola Kisat terkenal dengan teksturnya yang renyah di luar dan juicy di dalam. Dibakar dengan sempurna menggunakan bumbu khas, menghasilkan aroma yang menggoda dan rasa yang tak terlupakan.








Soal rasa, Ola Kisat Padang Bulan ini patut diacungi jempol. Rumah makan Ola Kisat untuk acara keluarga di Medan sangat saya rekomendasikan. Babi Panggang bukanlah mudah untuk menyajikannya. Tidak sembarang bakar lantas matang dan disajikan. Daging harus benar benar masak tetapi tidak gosong bagian luarnya. Daging panggang yang disajikan dicincang kecil kecil berukuran 1x2cm. Jika daging yang disajikan cukup besar ukurannya maka akan mempengaruhi kematangan daging. Selain daging sebagai menu utamanya, sambal yang disajikan juga turut mempengaruhi kualitas rasa dari sebuah rumah makan Batak. Sambal untuk menemani daging panggang yang disajikan pada rumah makan ini cukup lembut, pedasnya cukup, dan tidak terlalu asam. 


Cukup rasanya untuk membuat saya berkeringat saat itu. Menikmati kuliner khas Batak kuranglah lengkap tanpa ada kuah kuah sup dan daun ubi tumbuk. Mungkin karena terlalu lama saya diamkan, rasa kuah yang gurih larut dalam uap yang mengapung ke udara. Kuah sup selain menambah gurih daging, dapat juga menghangatkan nasi dikala dingin. Tentunya selain menghangatkan nasi, kuah sup tersebut dapat menghangatkan tubuh dikala musim dingin seperti ini. Seperti yang saya rasakan kemarin, tenggookan terasa hangat. Daun ubi memang tak pernah luput dari pilihan masakan khas suku Batak. Meskipun tidak berbeda dengan rumah makan lainnya, hanya saja ada bumbu khas yang lain di lidah. Serasa menikmati daun ubi tumbuk di Samosir sana. Soda Badak bukan keharusan, hanya saja setiap menikmati kuliner yang lumayan pedas, minuman ini tak pernah luput dari pesanan. Jika kawan kawan butuh masakan khas Batak di Medan, Ola Kisat bisa jadi pilihan.


Alamat Rumah Makan Ola Kisat:

BPK Ola Kisat I
Alamat: Jalan Jamin Ginting No. 839, Kwala Bekala, Medan.
Jam Operasional: 10.00 – 21.00 WIB.

BPK Ola Kisat II
Jl. Dame No.22 20112 Kota Medan Sumatera Utara

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen