Skip to main content

Canai Mamak Kualalumpur



Banda Aceh petang itu baru saja diguyur hujan. Cuaca yang biasanya gerah meski sudah gelap sudah tak asing bagi warga. Maklum saja Banda Aceh sangat dekat dengan laut. Seperti daerah pesisir kebanyakan suhu udara yang cukup tinggi menjadi identitas yang sangat berbeda dengan daerah dataran tinggi. Sejuk kali ini terasa nyaman. Apalagi ketika jalanan nyaris terbebas dari debu debu yang beterbangan. Disini tidak seperti Balikpapan, dimana jalanan kerap dibersihkan bahkan di pel sehingga tidak ada lumpur mengering yang akan menghasilkan debu.  Bahkan ada peraturan disana, bahwa setiap kendaraan bermotor tidak boleh mengotori aspal jalan raya. Asumsinya bahwa ban tidak boleh berlumpur dan muatan tidak boleh tercecer di jalanan. Semoga kelak Banda Aceh juga bisa seperti Balikpapan yang notabene bukan kota Madani. Cuaca seperti ini memang akan sangat jarang ditemukan di Kutaraja. Sehingga saya bersemangat untuk menikmati kuliner yang tak jauh dari kediaman. 




Beberapa kali singgah ke kedai ini, selalu menu itu saja yang saya pesan. Bukan tak ingin mencoba menu yang lain, akan tetapi lidah saya kerap meminta untuk memesan makanan kesukaan. Canai Mamak yang kini terletak di Jalan P.Nyak Makam, Lamteh menjadi kedai yang kembali saya kunjungi mala mini. Tentunya tidak sendiri, bersama Misuari dan Mr.Day begitu kedua orang ini disebut di Kaskus. Seperti biasa saya selalu pesan Canai Durian dan teh tarik gelas kecil. Oh iya untuk Canai Durian harus ditanyakan terlebih dahulu karena menu ini hanya ada ketika musim durian saja. Kan tidak mungkin kalau tiba tiba diganti dengan Canai Semangka karena tidak ada durian. Kenapa saya memesan Canai Durian? Bukan hanya karena saya menyukai durian. Canai Durian disini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan beberapa kedai canai di tempat lain. Canai akan lebih terasa ketika disantap ketika masih hangat. Rasa durian lebih menyerap ke kulit canai.  Satu lagi, kehangatan canai akan tetap menjaga kelembutan kulit canai durian. Sehingga akan terasa nyaman di lidah. Tetapi jangan terlalu lama menyantapnya. Jika canai sudah dingin, kulit akan sedikit lebih keras. Saya tidak akan menilai bagaimana rasa duriannya, karena bergantung kepada durian daerah mana yang digunakan. Hanya saja durian malam itu cukup menyengat. Terbukti wanginya memang menyebar ke penjuru ruangan. Ketika ada yang memesan canai durian, maka beberapa meja di sekitar akan turut mencium aroma durian yang disajikan.



Teh tarek, saya sampai sekarang masih bingung sebenarnya darimana jenis minuman ini berasal. Apakah benar dari dataran Malaysia atau asli Indonesia. Nanti mungkin perlu sejenak waktu untuk kita bertanya kepada google. Teh Tarek panas gelas kecil menjadi minuman favorit saya bila berada di Canai Mamak Kualalumpur. Rasanya sangat pas di lidah bahkan tenggorokan. Kehangatannya langsung terasa hingga ke dalam lambung. Kondisi setelah hujan seperti ini memang sangat cocok jika kita mengkonsumsi minuman yang hangat. Sebenarnya ada versi gelas besar, hanya saja saya berpikir bila pesan gelas besar pasti akan ditambah banyak gula. Jika sudah malam kurangi mengkonsumsi gula pemirsa. Tak lama datang Alvin, yang memesan Lemon Tea. Saya tak bisa memastikan bahwa lemon tea disini cukup nikmat atau tidak. Mungkin lain waktu kita akan mencobanya lagi di Canai Mamak Kualalumpur. Tentunya dengan tidak merubah niat makan baso menjadi makan canai.

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen