![]() |
Anak Melayu |
Pagi itu di tepi Sungai Sarawak, suara anak-anak terdengar riuh, “Kamek lapar bah, mak!”—teriak seorang bocah sambil berlari membawa pancing bambu. Bagi wisatawan dari luar negeri, kalimat itu mungkin terdengar asing. Tapi bagi warga Sarawak, ungkapan seperti ini adalah bagian dari keseharian, cermin kehangatan dan identitas yang melekat kuat.
Bahasa Melayu Sarawak tidak hanya menjadi alat komunikasi, melainkan lambang jati diri masyarakat yang hidup di persimpangan budaya Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Dialek ini hidup di warung kopi, di pasar Satok, hingga di studio radio tempatan. Di balik loghatnya yang khas, tersimpan kisah panjang tentang perjalanan bahasa di tanah Borneo.
Asal Usul Bahasa Melayu Sarawak
Bahasa Melayu Sarawak tumbuh dari akar sejarah panjang perdagangan dan migrasi di Asia Tenggara. Wilayah Sarawak yang terletak di tepi Laut Cina Selatan menjadi tempat pertemuan berbagai etnik—Melayu, Iban, Melanau, dan Tionghoa—yang membentuk dialek tersendiri.
Sejak abad ke-19, saat pemerintahan Brooke berkuasa, bahasa Melayu menjadi lingua franca di antara komunitas pesisir. Namun, seiring waktu, masyarakat setempat memadukannya dengan kosa kata lokal dan intonasi khas yang menciptakan warna baru—Bahasa Melayu Sarawak yang kita kenal hari ini.
Ciri Khas dan Loghat Unik
Begitu seseorang berbicara dalam Bahasa Melayu Sarawak, keunikannya langsung terasa. Loghatnya cenderung lebih datar di akhir kalimat, dengan tekanan suara yang lembut namun bersahabat.
Beberapa ciri khasnya antara lain:
Penggunaan kata ganti “kamek” untuk “saya” dan “kitak” untuk “kamu”.
Kata “bah” sering muncul di akhir kalimat sebagai penegas, mirip dengan “lah” dalam Bahasa Melayu Semenanjung.
Huruf “r” dalam banyak kata sering dihilangkan, misalnya “besar” menjadi “besak”.
Ada pengaruh kuat dari bahasa Iban dan Melanau, terutama dalam struktur kalimat dan intonasi.
Loghat Sarawak terdengar lembut, mengalir, dan terasa hangat di telinga. Banyak orang menyebutnya sebagai loghat yang paling “manis” di antara dialek Melayu lainnya.
Perbandingan dengan Bahasa Melayu Baku
Bahasa Melayu Baku | Bahasa Melayu Sarawak | Arti dalam Bahasa Indonesia |
---|---|---|
Saya lapar | Kamek lapar | Saya lapar |
Kamu dari mana? | Kitak ari ne? | Kamu dari mana? |
Tidak tahu | Sik tau | Tidak tahu |
Pergi dulu | Polah dolok | Pergi dulu |
Cantik sekali | Molek gilak | Cantik sekali |
Perbedaan ini tidak hanya pada kosa kata, tetapi juga pada gaya bertutur. Bahasa Melayu Sarawak lebih ekspresif, dengan intonasi yang menggambarkan keakraban dan humor khas masyarakat Borneo.
Contoh Kosa Kata Populer
Beberapa kosa kata dalam Bahasa Melayu Sarawak sering membuat wisatawan tersenyum karena bunyinya yang lucu dan maknanya yang tak terduga.
Berikut beberapa di antaranya:
Ngaga – membuat
Tauk – tahu
Sik – tidak
Nangga – lihat
Auk – iya
Bah – penegasan seperti “ya” atau “dong”
Mun – kalau
Gilak – sangat
Kosa kata ini sering muncul dalam lagu-lagu tempatan dan dialog drama televisi Sarawak. Bahkan, banyak anak muda di Kuching mulai menggabungkannya dengan bahasa gaul modern, menciptakan gaya bicara baru yang segar dan lucu.
![]() |
Anak Melayu Sarawak |
Percakapan Harian dalam Bahasa Melayu Sarawak
Untuk merasakan langsung keunikan dialek ini, bayangkan suasana di warung kopi di tengah kota Kuching:
A: Kitak udah makan kah?
B: Sik, kamek lapar gilak! Nak ikut polah nasi lemak?
A: Auk bah, lapar juak kamek tok.
Dalam Bahasa Indonesia:
A: Kamu sudah makan?
B: Belum, saya sangat lapar! Mau ikut buat nasi lemak?
A: Iya dong, saya juga lapar.
Dialog sederhana itu menggambarkan betapa hidup dan bersahajanya Bahasa Melayu Sarawak. Nada bicaranya akrab, seperti obrolan antara sahabat lama.
Bahasa sebagai Cermin Budaya
Di Sarawak, bahasa merupakan cerminan dari cara berpikir. Dialek Melayu Sarawak menggambarkan karakter masyarakat yang terbuka, ramah, dan menghargai kebersamaan. Dalam setiap ucapan, terselip nilai gotong royong dan humor yang menjadi bagian penting dari identitas lokal.
Bahkan dalam dunia digital, Bahasa Melayu Sarawak terus bertahan. Banyak konten kreator, penyiar radio, hingga influencer muda menggunakan dialek ini di media sosial. Mereka menjadikannya simbol kebanggaan, cara menunjukkan bahwa Sarawak punya warna tersendiri di antara keberagaman bahasa Melayu di Asia Tenggara.
Bahasa Melayu Sarawak jika didalami tidak hanya bagian dari loghat semata, bahasa merupakan cerminan jiwa dari masyarakat Borneo yang penuh warna. Setiap kata membawa cerita, setiap intonasi menggambarkan kehangatan orang Sarawak.
Bagi siapa pun yang ingin mengenal Malaysia Timur lebih dekat, mempelajari Bahasa Melayu Sarawak adalah langkah awal yang menyenangkan. Di balik loghatnya yang lembut, tersimpan kekuatan budaya yang terus hidup dan berkembang—sebuah warisan lisan yang tak lekang oleh waktu.
Comments
Post a Comment